Seorang pekerja menyiapkan jenazah COVID-19 di kamar mayat pemakaman Behesht-e-Zahra, Teheran, Iran.
Selama berabad-abad, pemakaman Behesht-e-Zahra telah menjadi tempat peristirahatan terahir bagi korban perang.
Namun kini Behesht-e-Zahra harus berjuang untuk mengikuti pandemi Corona yang melanda Iran dengan jumlah jenazah dua kali lipat dari biasanya.
Saeed Khaal, manajer pemakaman Behesht-e-Zahra, menuturkan bahwa jumlah korban COVID-19 jauh lebih banyak dibanding korban akibat gempa bumi atau bahkan perang tahun 1980-an antara Iran dan Irak.
Behesht-e-Zahra adalah salah satu kuburan terbesar di dunia dan yang utama bagi 8,6 juta orang Teheran.
Namun kini Behesht-e-Zahra tidak cukup besar untuk korban virus Corona.
Iran telah melaporkan lebih dari 738.000 infeksi dan mengatakan bahwa sejauh ini 40.582 orang telah meninggal akibat virus Corona.
Iran melaporkan rata-rata ada satu penduduk di negara itu yang meninggal akibat virus Corona setiap lima menit sekali, atau setara dengan kematian sekitar 300 jiwa setiap hari.
Di Behesht-e-Zahra atau "Zahra's Paradise" dalam bahasa Farsi, dinamai menurut nama putri Nabi Muhammad, jenazah para korban virus Corona yang diketahui tiba setiap hari dengan ambulans.
Petugas kamar mayat mempersiapkan setiap tubuh untuk ritual pembasuhan yang diperlukan bagi orang Muslim yang meninggal. Namun saat pandemi, pembasuhan dilakukan dengan menggunakan disinfektan.
Lembaga kesehatan setempat mengatakan rumah sakit di banyak provinsi di Iran mulai tidak mampu menampung pasien kasus virus Corona.
Ratapan orang yang dicintai bergema di hamparan kuburan yang baru saja digali.