Potret Sistem Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi

Pandemi COVID-19 telah berhasil merubah sistem kegiatan belajar mengajar tatap muka menjadi belajar jarak jauh secara daring.
Sejak pertengahan Maret 2020, sebagian besar sekolah ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona kepada para generasi muda.
Para siswa pun akhirnya terpaksa menekuni proses belajar mengajar melalui sejumlah alat komunikasi yang dimilikinya.
Namun, keterbatasan komunikasi membuat sejumlah guru mempunyai cara yang berbeda. Seperti Parmin (58), seorang guru sekolah dasar di Boyolali yang mendatangi rumah-rumah anak didiknya untuk mengajar.
Para siswa dari Desa Senden, yang terletak di kaki Gunung Merapi dan Merbabu, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, tak bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara daring karena koneksi internet di wilayah tersebut tak cukup bagus.
Kendala lain yang dirasakan para siswa adalah tidak tersedianya fasilitas penunjang seperti laptop, telepon seluler, atau kuota data.
Di pedesaan, banyak orang tua yang mengaku tak mampu mendampingi anak-anak mereka belajar daring.
Di Kabupaten Boyolali, sebanyak 1.492 sekolah ditutup sejak pertengahan Maret 2020 untuk mencegah meluasnya penyebaran COVID-19.
Tak hanya Parmin, Seorang guru, Sigit Pambudi (26), juga harus memutar otak agar terus bisa mengajar anak-anak muridnya di tengah pandemi COVID-19.
Parmin mengajar muridnya melalui Handy Talky (HT) di ruang kelas VI, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah.
Bagi orang tau, HT menjadi solusi yang murah dan bermanfaat dalam menyiasatii kegiatan belajar mengajar saat pandemi.
Dengan adanya HT, orang tua diringankan dari membeli kuota internet.
HT juga membuat kegiatan belajar mengajar lebih mudah karena komunikasi terjalin dua arah.