Palu - 28 September 2018 silam jadi hari yang paling menakutkan bagi masyarakat Palu, Sigi dan Donggala yang diguncang gempa berkekuatan M 7,4 disertai dengan tsunami.
Foto
Mengenang Gempa, Tsunami dan Likuefaksi Palu 2 Tahun Silam

Sejumlah anggota kepolisian menabur bunga di bekas lokasi tsunami di Pantai Talise, Palu, Sulawesi tengah, Senin (28/9/2020). ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Tabur bunga itu untuk mendoakan dan mengenang rekan mereka yang menjadi korban terjangan tsunami pada 28 September 2018 atau tepat dua tahun lalu. Puluhan anggota kepolisian dinyatakan hilang pada peristiwa tersebut. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Gempa bumi berkekuatan M 7,4 yang disertai dengan tsunami dan likuefaksi itu sedikitnya merusak hampir sebagian besar bangunan dan permukiman yang berada di bibir pantai sepanjang Palu, Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Masjid terapung yang turut amblas ke laut akibat diterjang tsunami di pantai Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah, itu juga menjadi saksi ganasnya terjangan Tsunami 2 tahun silam. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Setelah dua tahun bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sigi dan Donggala 28 September 2018 itu juga sedikitnya menelan korban lebih dari 5.000 jiwa, garis pantai di masjid yang telah dijadikan dijadikan "memorial park" itu kini telah dibentengi dengan tanggul untuk menahan abrasi dan gelombang tsunami. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Berbagai pihak swasta ataupun pemerintah bahu membahu memberikan bantuan bagi pemulihan Palu, Sulawesi Tengah. Seperti kompleks hunian tetap (Huntap) yang diperuntukan bagi para korban bencana gempa dan tsunami di Palu yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Seorang anak mencium nisan makam keluarganya saat berziarah ke makam massal korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Kelurahan Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (28/9/2020). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Ziarah tersebut untuk mengenang serta mendoakan para korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala pada 28 September 2018 yang mengakibatkan ribuan warga meninggal dunia. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Pelaksana Tugas Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said atau Pasha Ungu (tengah) juga ikut turun langsung berdoa saat berziarah ke makam massal korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, di Kelurahan Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (28/9/2020). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Keganasan dan ke dahsyatan bencana gempa, tsunami dan likuifaksi itu pun terus dikenang untuk memberitahukan serta mendoakan para korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala pada 28 September 2018 yang mengakibatkan ribuan warga meninggal dunia. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Meski ditengah pandemi COVID-19 dan semakin tingginya angka kematian akibat Corona itu, petugas menyemprotkan cairan disinfektan guna mencegah penyebaran COVID-19, di area pemakaman massal korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang ramai dikunjungi oleh peziarah, di Palu, Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Tak hanya doa dan tabur bunga saja, Sejumlah penyintas bencana gempa, tsunami dan likuefaksi juga berunjuk rasa di depan Mapolda Sulawesi Tengah di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (28/9/2020). Aksi unjuk rasa memperingati dua tahun bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang melanda wilayah Palu, Sigi dan Donggala itu diantaranya menuntut transparansi penggunaan dana bencana, percepatan hunian tetap serta pemulihan ekonomi penyintas. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah