Nestapa Nelayan di Tengah Pandemi Corona

Jejeran ikan asin yang sedang dijemur nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (6/8/2020).
Sejumlah nelayan masih tetap beraktivitas di tengah pandemi Corona.
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melakukan survei kepada 2.068 nelayan di lima wilayah di Indonesia.
Hasilnya menyebutkan penurunan penjualan tangkapan mencapai 21 persen dan penurunan pendapatan nelayan hingga 90 persen.
Survei tersebut dilakukan mulai 14 Mei-14 Juni 2020, di lima wilayah di Indonesia di Medan, Semarang, Gresik, Lombok dan Aceh. 
Dengan total sampel 2.068 responden (di dalamnya nelayan, pelaku usaha perikanan, pemilik kapal dan lainnya).
Penurunan ini bersifat variatif, disebabkan akses penjualan nelayan yang tertutup dampak Pembatasan Sosial Berkala Sosial (PSBB) dan lockdown lokal, masing-masing daerah yang berpengaruh terhadap turunnya permintaan ikan yang berkurang secara drastis di berbagai tempat.
KNTI mengusulkan kepada pemerintah agar mampu berperan sebagai fasilitator atau penghubung dalam menyerap hasil tangkapan nelayan melalui pengolahan ikan, startup, grosir dan sebagainya. Agar pendapatan nelayan bisa berangsur membaik.
Menurut mereka sebanyak 51 persen nelayan belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, sedangkan 49 persen lainnya sudah menerima bantuan.
Bahkan anak-anak pesisir pun ikut terdampak dari pandemi COVID-19 seperti belajar dirumah dengan menggunakan kuota internet di tengah penghasilan orang tuany sebagai nelayan yang tidak menentu. selain itu mereka biasanya berjualan membuka warung untuk mencari biaya tambahan. 
Jejeran ikan asin yang sedang dijemur nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (6/8/2020).
Sejumlah nelayan masih tetap beraktivitas di tengah pandemi Corona.
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) melakukan survei kepada 2.068 nelayan di lima wilayah di Indonesia.
Hasilnya menyebutkan penurunan penjualan tangkapan mencapai 21 persen dan penurunan pendapatan nelayan hingga 90 persen.
Survei tersebut dilakukan mulai 14 Mei-14 Juni 2020, di lima wilayah di Indonesia di Medan, Semarang, Gresik, Lombok dan Aceh. 
Dengan total sampel 2.068 responden (di dalamnya nelayan, pelaku usaha perikanan, pemilik kapal dan lainnya).
Penurunan ini bersifat variatif, disebabkan akses penjualan nelayan yang tertutup dampak Pembatasan Sosial Berkala Sosial (PSBB) dan lockdown lokal, masing-masing daerah yang berpengaruh terhadap turunnya permintaan ikan yang berkurang secara drastis di berbagai tempat.
KNTI mengusulkan kepada pemerintah agar mampu berperan sebagai fasilitator atau penghubung dalam menyerap hasil tangkapan nelayan melalui pengolahan ikan, startup, grosir dan sebagainya. Agar pendapatan nelayan bisa berangsur membaik.
Menurut mereka sebanyak 51 persen nelayan belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, sedangkan 49 persen lainnya sudah menerima bantuan.
Bahkan anak-anak pesisir pun ikut terdampak dari pandemi COVID-19 seperti belajar dirumah dengan menggunakan kuota internet di tengah penghasilan orang tuany sebagai nelayan yang tidak menentu. selain itu mereka biasanya berjualan membuka warung untuk mencari biaya tambahan.