Pasien COVID-19 di Afrika Berperang Melawan Stigma

Virus Corona menjadi pandemi global yang membuat berbagai negara di dunia, tak kecuali Afrika, terus berjibaku mengatasi penyebaran virus tersebut. Namun, tak hanya penyebaran virus, stigma yang dihadapi oleh para pasien COVID-19 di sejumlah negara di Afrika, juga turut menjadi persoalan tersendiri yang harus segera diatasi.
Dalam kartun tersebut, Ssentongo, kartunis surat kabar Pengamat Uganda yang sempat dikarantina setelah dirinya kembali dari Inggris pada bulan Maret lalu, berpandangan bahwa seseorang yang terjangkit virus dinilai sebagai hal yang berbahaya sehingga diperlukan sejumlah upaya untuk melindungi masyarakat dari mereka yang terinfeksi virus tersebut.
Mengacu pada AP, stigma semacam itu sesungguhnya tidak hanya ditemukan di Afrika, sejumlah pasien di beberapa negara lainnya juga turut mengalami rasa takut dan khawatir bila ketahuan menderita COVID-19. Meski begitu, pengujian sampel dengan alat yang terbatas serta masih banyaknya tenaga medis yang bekerja dengan APD terbatas membuat virus Corona di Afrika menjadi sulit untuk dikendalikan penyebarannya.
Karim pun mengatakan bahwa kini beberapa orang memilih untuk menolak melakukan test terkait viru Corona. Pasalnya bila mereka melakukan tes, mereka khawatir akan dikucilkan.
Di Kenya, orang-orang yang dikarantina melaporkan mendapatkan perlakuan yang buruk dan diskriminasi. Dilansir dari AP, menurut laporan Human Rights Watch pada bulan Mei lalu, di salah satu fasilitas karantina, orang-orang di dalam itu mengatakan uang mereka ditolak oleh staf dan masyarakat sekitar saat hendak membeli makanan. Di tempat lain, staf dapur terkadang menolak unutk melayani mereka dan meminta pegawai keamanan untuk membawa makanan.