Banjir yang terjadi pada Senin (13/7) lalu turut membawa lumpur dan material kayu hingga pohon. Tampak mobil warga rusak parah akibat banjir. (dok. Istimewa).
Fasilitas umum ikut tertutup lumpur, termasuk Bandar Udara Andi Djemma di Kota Masamba. Tampak run way bandara masih tertutup lumpur (dok. Istimewa).
Sebagian besar warga masih mengungsi karena rumahnya tertutup lumpur (dok. Istimewa).
Ketebalan lumpur yang menutupi permukiman warga bisa mencapai 3 meter, dimana wilayah paling parah terdampak berada di bantaran Sungai Masamba dan Sungai Radda (dok. Istimewa).
Pemkab Luwu Utara membutuhkan banyak alat berat, khususnya yang berjenis PC 100 untuk mengangkut lumpur dan meterial yang terbawa bajir (dok. Istimewa).
Di wilayah bantaran sungai, lumpur menutupi hingga atap rumah warga (dok. Istimewa).
Longsor yang terjadi di wilayah hulu Sungai Masamba dan Sungai Radda diduga menjadi penyebab utama banjir bandang. Tampak pantauan dari atas wilayah hulu Sungai Masamba dan Sungai Radda (dok. Istimewa).
Banjir bandang yang menerjang 6 kecamatan di Luwu Utara dan berdampak pada 4.202 kepala keluarga (KK) atau 15. 994 jiwa. Data BPBD Luwu Utara sementara ini, terdapat 603 kepala keluarga, atau sebanyak 20.402 Jiwa yang mengungsi (dok. Istimewa).
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah pada Kamis (16/7) lalu mengunjungi Kota Masamba yang masih tertutup lumpur (dok. Istimewa).
Gubernur Nurdin memprioritaskan 3 hal untuk penanganan cepat Luwu Utara pasca diterjang banjir, yakni normalisasi listrik dan jaringan komunikasi, pemenuhan kebutuhan pengungsi, dan penyiapan hunian sementara untuk warga (dok. Istimewa).