Sebab, Inggris salah satu negara terparah dilanda pandemi COVID-19 dengan ratusan orang meninggal setiap hari.
Menteri Luar Negeri Dominic Raab, yang menjadi wakil Perdana Menteri Boris Johnson ketika ia memulihkan diri dari COVID-19, menilai terlalu cepat untuk menghentikan sistem ini.
Dominic memutuskan memperpanjang lockdown hingga tiga pekan ke depan.
Johnson memerintahkan penguncian tiga minggu pertama pada tanggal 23 Maret, menutup toko-toko dan layanan, melarang pertemuan lebih dari dua orang dan memberikan kekuatan polisi untuk mendenda mereka yang melanggar aturan.
Sejak itu, jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan kematian telah meningkat secara dramatis di Inggris.
Dengan lebih dari 100.000 orang sekarang terinfeksi dan hampir 14.000 kematian di antara mereka yang dirawat di rumah sakit.
Ini akan dilakukan seiring wabah penyakit COVID-19 di Inggris sudah memunculkan tanda fase puncak.
Pemerintah Inggris memperingatkan bahwa angka kematian akibat Corona di Inggris hampir mendekati angka 13 ribu jiwa. Jumlah ini pun masih dinamis. Oleh karena itu, masih terlalu dini jika aturan tetap di rumah yang berlaku sejak 23 Maret 2020 lalu itu dicabut.