Melihat Korban Gempa Palu yang Masih Bertahan di Tenda Darurat

Sejumlah penyintas bencana beraktivitas di dekat tenda darurat yang berada di shelter Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (21/1/2020).

Setelah 16 bulan pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sigi, dan Donggala, sejumlah korban bencana masih bertahan di tenda-tenda darurat.

Dengan kondisi yang sederhana dan seadanya para penyintas bencana bertahan tinggal dan beraktivitas di tenda darurat tersebut.

Sementara itu, sejumlah penyintas bencana gempa dan tsunami Palu juga ada yang menempati hunian sementara (Huntara) bantuan Mercy Malaysia di kawasan Palu, Sulawesi Tengah.

Ratusan pengungsi yang menempati shelter itu masih menunggu kepastian relokasi huntara mereka pascaberakhirnya masa kontrak pakai lahan yang ditempatinya itu pada Juni mendatang. Sejumlah pengungsi menyatakan nekad akan kembali ke bekas rumahnya yang masuk "Red Zone" jika tidak ada kepastian relokasi karena mereka tidak memiliki lahan lain lainnya.

Sejumlah penyintas bencana beraktivitas di dekat tenda darurat yang berada di shelter Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (21/1/2020).
Setelah 16 bulan pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sigi, dan Donggala, sejumlah korban bencana masih bertahan di tenda-tenda darurat.
Dengan kondisi yang sederhana dan seadanya para penyintas bencana bertahan tinggal dan beraktivitas di tenda darurat tersebut.
Sementara itu, sejumlah penyintas bencana gempa dan tsunami Palu juga ada yang menempati hunian sementara (Huntara) bantuan Mercy Malaysia di kawasan Palu, Sulawesi Tengah.
Ratusan pengungsi yang menempati shelter itu masih menunggu kepastian relokasi huntara mereka pascaberakhirnya masa kontrak pakai lahan yang ditempatinya itu pada Juni mendatang. Sejumlah pengungsi menyatakan nekad akan kembali ke bekas rumahnya yang masuk Red Zone jika tidak ada kepastian relokasi karena mereka tidak memiliki lahan lain lainnya.