Setidaknya hal itulah yang disampaikan Sepno Lantaa, Camat Khusus Miangas, kepada detikcom beberapa waktu lalu. Menurutnya, toleransi antar-umat beragama di wilayahnya terjalin dengan baik dan tak pernah menemui permasalahan.
Meski mayoritas penduduk Pulau beragama Kristen Protestan, tak pernah ada perbedaan perlakuan terhadap penduduk yang beragama lain sejak puluhan tahun lalu. Sebagai pulau terdepan, lanjutnya, Miangas juga menunjukkan wajah Indonesia yang sebenarnya. Interaksi yang terjalin antarwarga tak pernah memandang suku, ras, agama, atau golongan tertentu.
Hal sederhana yang menunjukkan tingginya sikap toleransi warga Miangas salah satunya adalah gotong-royong warga dalam kegiatan keagamaan. Jika Idul Fitri tiba, warga dengan latar belakang agama Nasrani pun antusias untuk ikut bersih-bersih lingkungan masjid serta menyiapkan makanan.
Begitu juga sebaliknya. Jika Natal tiba, warga muslim di Miangas akan membantu untuk menyiapkan berbagai hal yang dibutuhkan di gereja, serta menjaga keamanan di lingkungan sekitar gereja. Hal senada dilontarkan oleh Losof Abdurrohim Sensanen, seorang pekerja proyek puskesmas di Miangas. Losof merupakan seorang pendatang dari Desa Mala, Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Pria yang sudah menjadi seorang mualaf sejak menikah pada 1990 ini mengaku sangat senang dengan sikap warga Miangas sangat ramah dan toleran kepada warga pendatang yang beragama muslim.
Baginya, tak ada kesulitan dalam beribadah di Pulau Miangas. Ia justru makin giat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Begitu pun kala datang bulan Ramadan. Losof mengatakan seluruh warga di Miangas sangat menghormati umat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas, yang mengulas perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini, ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!