Lewat Perahu Kecil, Kamarahan Sukses Sarjanakan Anak

Di Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada laut.
Salah satunya adalah Kamurahan Hama, 45 tahun, yang tinggal pada sebuah rumah sederhana di sisi Selatan Pulau.
Kepada detikcom, ia mengaku telah melaut sejak umurnya belum genap 10 tahun.
Dahulu, ayahnya sering mengajaknya mencari ikan di luar waktu sekolah.
Kebiasan itu berlanjut hingga ia beranjak dewasa, menikah pada 1995 dan punya empat orang putri.
Kamurahan tengah mengecek perahu sederhananya untuk melaut.
Bermodalkan pamboat (perahu kecil) buatannya sendiri, Kamurahan biasa berlayar sejak pukul 3 dini hari.
Sebelum berangkat ia juga mengamati keadan pantai.
Perahu kecilnya kemudian didorong menuju pantai.
Dari pantai, dibutuhkan waktu sekitar satu jam ke tempat ikan berkumpul.
Setelah sampai di titik tujuan, ia akan mulai menebar jaring dan memancing selama dua jam. Pukul enam pagi, tak peduli seberapa banyak tangkapan, ia harus kembali pantai sebelum laut pasang.
Jika hasil tangkapan melimpah, beberapa ekor akan ia jual ke warga. Satu ekor ikan seberat 8 kilo biasa dilego seharga Rp 65.000. Sementara jika hasilnya sedikit, ikan-ikan itu akan dikonsumsi sendiri dan dijadikan stok untuk beberapa hari ke depan.
Jadi nelayan memang tidak mudah. apalagi jika cuaca di laut sedang buruk. Pamboatnya hanya akan tersandar di pesisir pantai dan tak ada ikan yang bisa dibawa pulang.
Namun, Kamurahan tetap bersyukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan padanya. Berkat kerja keras, diterpa angin laut dini hari, ia bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga perguruan tinggi.
Bahkan putri pertamanya, yang bernama Syznta sudah duduk di bangku semester 7 di salah satu universitas di Manado. Detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini, ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!