Anak-anak Rohingya di Bangladesh Alami Krisis Pendidikan

PBB menyerukan investasi mendesak dalam sektor pendidikan dan pengembangan keterampilan di kamp-kamp pengungsi tempat anak-anak Rohingya tinggal di Bangladesh.
Laporan ini menandai dua tahun sejak kedatangan sekitar 745.000 warga sipil Rohingya ke Bangladesh pasca-melarikan diri dari kekerasan ekstrem di Myanmar.
Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore mengatakan, untuk bertahan hidup saja bagi anak-anak Rohingya di Bangladesh itu sulit.
Sangat penting untuk anak-anak diberikan pembelajaran yang berkualitas dan pengembangan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjamin masa depan.
Krisis pendidikan tersebut, membuat UNICEF dan lembaga-lembaga lain menyerukan kepada pemerintah Myanmar dan Bangladesh untuk mengizinkan penggunaan sumber daya pendidikan nasional mereka.
Tanpa kesempatan tersebut, anak-anak Rohingya nantinya dapat menjadi mangsa perdagangan manusia dan narkoba. Bahkan, anak-anak perempuan menghadapi pelecehan terutama pada malam hari.
UNICEF mendukung pengembangan pusat pendidikan di kamp-kamp pengungsi dimana keterampilan hidup, dukungan psikososial, buta huruf dan berhitung dapat diterapkan maksimal.
Tujuan pendidikan tersebut untuk membantu membekali anak-anak Rohingya membangun identitas dengan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat menghadapi bahaya dan risiko yang mereka hadapi seperti perdagangan manusia, pelecehan dan kasus pernikahan anak di bawah umur.
PBB menyerukan investasi mendesak dalam sektor pendidikan dan pengembangan keterampilan di kamp-kamp pengungsi tempat anak-anak Rohingya tinggal di Bangladesh.
Laporan ini menandai dua tahun sejak kedatangan sekitar 745.000 warga sipil Rohingya ke Bangladesh pasca-melarikan diri dari kekerasan ekstrem di Myanmar.
Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore mengatakan, untuk bertahan hidup saja bagi anak-anak Rohingya di Bangladesh itu sulit.
Sangat penting untuk anak-anak diberikan pembelajaran yang berkualitas dan pengembangan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjamin masa depan.
Krisis pendidikan tersebut, membuat UNICEF dan lembaga-lembaga lain menyerukan kepada pemerintah Myanmar dan Bangladesh untuk mengizinkan penggunaan sumber daya pendidikan nasional mereka.
Tanpa kesempatan tersebut, anak-anak Rohingya nantinya dapat menjadi mangsa perdagangan manusia dan narkoba. Bahkan, anak-anak perempuan menghadapi pelecehan terutama pada malam hari.
UNICEF mendukung pengembangan pusat pendidikan di kamp-kamp pengungsi dimana keterampilan hidup, dukungan psikososial, buta huruf dan berhitung dapat diterapkan maksimal.
Tujuan pendidikan tersebut untuk membantu membekali anak-anak Rohingya membangun identitas dengan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat menghadapi bahaya dan risiko yang mereka hadapi seperti perdagangan manusia, pelecehan dan kasus pernikahan anak di bawah umur.