Potret Polusi Ibu Kota Jakarta yang Tak Berkesudahan

Polusi udara menyelimuti gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Kamis (11/7/2019) petang.

Kabut polusi udara di Ibu kota ini menjadi pemandangan sehari-hari yang bisa disaksikan oleh seluruh penghuninya. Mengerikan!

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengunggah citra satelit dari The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) beberapa hari lalu. Berdasarkan citra satelit, kondisi polusi udara cukup tinggi.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebut polusi di Jakarta lebih parah daripada di Bangkok, Thailand, dan Singapura.

Penghitungan tingkat polusi udara didasarkan pada sebaran partikel padat di udara ukuran di bawah 2,5 mikrometer (PM2,5) dan 10 mikrometer (PM10).

Sebelumnya, kondisi udara Jakarta sempat ramai dibahas setelah situs penyedia peta polusi udara online, AirVisual, menyatakan udara di Jakarta tidak sehat. Salah satu penyebabnya adalah Polusi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor.

Pemprov DKI sendiri menyatakan angka dari AirVisual itu tak menjadi acuan utama tapi tetap menjadi peringatan bagi warga. Meski demikian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menentukan langkah untuk mengurangi polusi di Ibu Kota. Seperti apa?

Salah satu langkah yang bakal ditempuh untuk mengurangi polusi ialah menggalakkan uji emisi. Anies mengatakan semua kendaraan ataupun benda yang menghasilkan asap kotor akan diganti.

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan kualitas udara di Jakarta masih dalam tahap sedang. Meski kualitas udara sedang, udara di Jakarta tak sehat untuk kategori bayi dan warga lanjut usia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, untuk mengurangi tingkat polusi itu, Kementerian LHK telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya adalah membantu masyarakat beralih menggunakan transportasi umum hingga pengetatan baku mutu emisi.  

Polusi udara menyelimuti gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Kamis (11/7/2019) petang.
Kabut polusi udara di Ibu kota ini menjadi pemandangan sehari-hari yang bisa disaksikan oleh seluruh penghuninya. Mengerikan!
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengunggah citra satelit dari The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) beberapa hari lalu. Berdasarkan citra satelit, kondisi polusi udara cukup tinggi.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebut polusi di Jakarta lebih parah daripada di Bangkok, Thailand, dan Singapura.
Penghitungan tingkat polusi udara didasarkan pada sebaran partikel padat di udara ukuran di bawah 2,5 mikrometer (PM2,5) dan 10 mikrometer (PM10).
Sebelumnya, kondisi udara Jakarta sempat ramai dibahas setelah situs penyedia peta polusi udara online, AirVisual, menyatakan udara di Jakarta tidak sehat. Salah satu penyebabnya adalah Polusi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor.
Pemprov DKI sendiri menyatakan angka dari AirVisual itu tak menjadi acuan utama tapi tetap menjadi peringatan bagi warga. Meski demikian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menentukan langkah untuk mengurangi polusi di Ibu Kota. Seperti apa?
Salah satu langkah yang bakal ditempuh untuk mengurangi polusi ialah menggalakkan uji emisi. Anies mengatakan semua kendaraan ataupun benda yang menghasilkan asap kotor akan diganti.
Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan kualitas udara di Jakarta masih dalam tahap sedang. Meski kualitas udara sedang, udara di Jakarta tak sehat untuk kategori bayi dan warga lanjut usia.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, untuk mengurangi tingkat polusi itu, Kementerian LHK telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya adalah membantu masyarakat beralih menggunakan transportasi umum hingga pengetatan baku mutu emisi.