Ratusan Tukik Tuntong Laut Dilepas ke Habitatnya

Sebanyak 719 tukik tutong laut dilepaskan.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian LHK Indra Exploitasia, Bupati Aceh Tamiang Mursil dan Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP Chalid Said Salim melepasliarkan tuntong laut di Ujung Tamiang, Rantau, Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (11/7/2019).
Sebanyak 719 ekor tutong laut ini hasil konvervasi yang dilakukan Pertamina EP, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia YSLI).
Sampai dengan Juli 2019 sekitar 2.822 an Tukik Tuntong Laut dilepaskan ke habitatnya sejak 2009.
Proses pelepasan tuntong laut ini turut disaksikan warga sekitar.
Pelepasliara tuntong laut ini sebagai kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
Tuntong laut (Batagur Borneoensis) merupakan salah satu hewan dengan status hampir punah dan  masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Bahkan berdasarkan data Interna­tional Union for Conservation of Nature (IUCN), Tuntong Laut berada di urutan  ke-25 dari 327 spesies di dunia yang ter­masuk kategori langka.
Tuntong laut memiliki warna dominan coklat muda dengan lima cakar di kaki depan. Bagian depan spesies ini memiliki ujung hidung sedikit menjungkit ke atas. Panjangnya dapat mencapai 60-an, lebar sekitar 50-an cm dan berat sekitar 20-an kg. Telurnya memiliki dimensi panjang sekitar 5 cm dan ketebalan sekitar 3 cm hingga 4 cm. Ukuran betina lebih besar dibandingkan jantan. Habitat hewan ini adalah hutan mangrove.  Saat musim bertelur, tuntong laut memiliki tempat bertelur sama dengan penyu, yaitu pantai pasir di laut.
Satwa laut sejenis kura-kura ini memang sudah tidak ditemukan lagi selama lebih dari satu dasawarsa terakhir di wilayah sebarannya, di Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Namun di beberapa daerah, satwa ini masih ditemukan dalam jumlah kecil. Salah satunya di perairan hutan bakau Aceh Tamiang.
Sebanyak 719 tukik tutong laut dilepaskan.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian LHK Indra Exploitasia, Bupati Aceh Tamiang Mursil dan Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP Chalid Said Salim melepasliarkan tuntong laut di Ujung Tamiang, Rantau, Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (11/7/2019).
Sebanyak 719 ekor tutong laut ini hasil konvervasi yang dilakukan Pertamina EP, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia YSLI).
Sampai dengan Juli 2019 sekitar 2.822 an Tukik Tuntong Laut dilepaskan ke habitatnya sejak 2009.
Proses pelepasan tuntong laut ini turut disaksikan warga sekitar.
Pelepasliara tuntong laut ini sebagai kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
Tuntong laut (Batagur Borneoensis) merupakan salah satu hewan dengan status hampir punah dan  masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Bahkan berdasarkan data Interna­tional Union for Conservation of Nature (IUCN), Tuntong Laut berada di urutan  ke-25 dari 327 spesies di dunia yang ter­masuk kategori langka.
Tuntong laut memiliki warna dominan coklat muda dengan lima cakar di kaki depan. Bagian depan spesies ini memiliki ujung hidung sedikit menjungkit ke atas. Panjangnya dapat mencapai 60-an, lebar sekitar 50-an cm dan berat sekitar 20-an kg. Telurnya memiliki dimensi panjang sekitar 5 cm dan ketebalan sekitar 3 cm hingga 4 cm. Ukuran betina lebih besar dibandingkan jantan. Habitat hewan ini adalah hutan mangrove.  Saat musim bertelur, tuntong laut memiliki tempat bertelur sama dengan penyu, yaitu pantai pasir di laut.
Satwa laut sejenis kura-kura ini memang sudah tidak ditemukan lagi selama lebih dari satu dasawarsa terakhir di wilayah sebarannya, di Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Namun di beberapa daerah, satwa ini masih ditemukan dalam jumlah kecil. Salah satunya di perairan hutan bakau Aceh Tamiang.