Melihat Ritual "Unggahan" Masyarakat Adat Bonokeling

Warga mengantre untuk memasuki komplek Makam Bonokeling.
Penganut Kejawen dari berbagai wilayah di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah mengikuti ritual "Unggahan" di makam Bonokeling, Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jumat (26/4/2019).
Ritual "Unggahan" atau Sadran merupakan tradisi yang digelar setiap Jumat terakhir pada bulan Ruwah (Syaban) guna menyambut datangnya Ramadan.
Dalam tradisi tersebut, para penganut Kejawen wajib mengenakan pakaian adat Jawa, seperti kaum wanita hanya memakai "kemben" (kain jarit) dengan selendang berwarna putih, sedangkan kaum pria harus memakai kain jarit serta mengenakan iket (ikat kepala).
Prosesi dalam tradisi unggah unggahan ini berlangsung selama tiga hari dan melibatkan ribuan 'anak putu' atau anak cucu Bonokeling.
Untuk melaksanakan ritual unggahan, biasanya anak putu yang berasal dari Kabupaten Cilacap mulai berdatangan pada hari Kamis (25/4) dengan 'laku lampah' atau berjalan kaki puluhan kilometer. Mereka datang dengan membawa berbagai kebutuhan pokok.
Masyarakat adat Bonokeling akan istirahat di rumah warga. Ada juga yang istirahat di komplek Makam Bonokeling yaitu di Bale Mbangun.
Sebelum acara ritual unggah-unggahan dimulai, akan dilakukan dengan menyembelih kambing dan memasak bersama.
Setelah menyelesaikan prosesi ziarah, seluruh anak putu Bonokeling akan makan bersama di kompleks dalam makam, dan masyarakat adat Bonokeling yang berasal dari Cilacap, masih harus menginap semalam lagi. Hingga pada pagi harinya Sabtu (26/4), mereka akan kembali lagi ke rumahnya masing-masing dengan berjalan kaki.
Warga mengantre untuk memasuki komplek Makam Bonokeling.
Penganut Kejawen dari berbagai wilayah di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah mengikuti ritual Unggahan di makam Bonokeling, Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jumat (26/4/2019).
Ritual Unggahan atau Sadran merupakan tradisi yang digelar setiap Jumat terakhir pada bulan Ruwah (Syaban) guna menyambut datangnya Ramadan.
Dalam tradisi tersebut, para penganut Kejawen wajib mengenakan pakaian adat Jawa, seperti kaum wanita hanya memakai kemben (kain jarit) dengan selendang berwarna putih, sedangkan kaum pria harus memakai kain jarit serta mengenakan iket (ikat kepala).
Prosesi dalam tradisi unggah unggahan ini berlangsung selama tiga hari dan melibatkan ribuan anak putu atau anak cucu Bonokeling.
Untuk melaksanakan ritual unggahan, biasanya anak putu yang berasal dari Kabupaten Cilacap mulai berdatangan pada hari Kamis (25/4) dengan laku lampah atau berjalan kaki puluhan kilometer. Mereka datang dengan membawa berbagai kebutuhan pokok.
Masyarakat adat Bonokeling akan istirahat di rumah warga. Ada juga yang istirahat di komplek Makam Bonokeling yaitu di Bale Mbangun.
Sebelum acara ritual unggah-unggahan dimulai, akan dilakukan dengan menyembelih kambing dan memasak bersama.
Setelah menyelesaikan prosesi ziarah, seluruh anak putu Bonokeling akan makan bersama di kompleks dalam makam, dan masyarakat adat Bonokeling yang berasal dari Cilacap, masih harus menginap semalam lagi. Hingga pada pagi harinya Sabtu (26/4), mereka akan kembali lagi ke rumahnya masing-masing dengan berjalan kaki.