Pos Lintas Batas Negara ini berada di distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua.
Wilayah perbatasan memang harus mencerminkan kebanggaan, nasionalisme, martabat, dan harga diri bangsa saat berhadapan dengan negara lain. Oleh karena itu, pada era Jokowi, revitalisasi kawasan perbatasan menjadi salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Era baru dimulai. Melalui Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) ditata ulang.
Dari kejauhan, PLBN Skouw terlihat mencolok. Dua bangunan besar yang berdiri sejajar adalah satu-satunya gedung yang terlihat paling bagus di kawasan itu. Di sekelilingnya adalah sejumlah rumah penduduk berdinding kayu dan beratap seng. Satu gedung adalah pintu keluar wilayah Indonesia menuju wilayah Papua Nugini, sedang satu gedung di sebelahnya adalah pintu masuk menuju wilayah Indonesia.
Jokowi menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Tujuh PLBN Terpadu dan Sarana-prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan. Salah satu PLBN tersebut ada di Provinsi Papua, yaitu Skouw yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Selama ini kawasan perbatasan identik dengan keterbelakangan. Terletak di pelosok, kawasan perbatasan ibarat pintu belakang, terisolasi, kumuh, bahkan tertinggal. Padahal, sebagai wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga, wilayah perbatasan seharusnya menjadi pintu masuk Indonesia.
Lain dulu lain sekarang. Kini wujud-wujud perbatasan Indonesia telah diubah total. Bukan lagi jadi terpencil atau terluar, melainkan sebagai beranda terdepan Indonesia, termasuk di perbatasan Indonesia dengan Nugini. PLBN Skouw telah berdiri dengan sangat megah di sana.
Orang-orang dari Papua Nugini banyak berbelanja, baik kebutuhan pokok maupun barang-barang yang untuk dijual kembali oleh mereka di negaranya.