Ulah pertama bisa dibilang dimulai oleh Wasekjen PD Andi Arief. PD awalnya menolak Sandiaga jadi cawapres Prabowo. Penolakan itu lalu disusul tudingan adanya mahar dari Sandiaga Uno ke PAN dan PKS, senilai Rp 500 miliar masing-masing partai. Tudingan itu berakhir di Bawaslu. Foto: Dok. Antara Foto/Muhammad Adimaja
Andi Arief membuat hangat lagi. Kali kedua dia mengatakan PD memang bergabung di koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga, namun partainya hanya bersedia mengampanyekan Prabowo. Pernyataan ini kemudian diluruskan oleh elite PD lainnya. Foto: Dok. Twitter Andi Arief
PD beberapa kali tak ikut rapat koalisi. Yang terbaru, Ketum PD tak ikut rapat koalisi 7 September lalu. Gerindra tak mengetahui alasan PD tak ikut rapat. Ada juga kader PD yang beralasan karena partainya sibuk mempersiapkan perayaan ulang tahun partai. Foto: Anung Anindito
PD mengizinkan kader-kader partainya mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Salah satu yang diizinkan adalah DPD PD Papua yang dipimpin Lukas Enembe. Foto: Lukas Enembe (Wilpret-detik)
Politikus baru PD, Deddy Mizwar, juga mendukung Jokowi-Ma'ruf, bahkan akan menjadi jubir. PD juga memberi sinyal tak akan menghukum Deddy. Foto: Mochamad Solehudin