Beberapa dari pejabat FBI dan Departemen Kehakiman AS yang terekspose itu telah dipecat atau mengundurkan diri. Salah satunya mantan Direktur FBI, James Comey, yang dipecat Trump pada Mei 2017. Saat itu Trump mengakui pemecatan Comey terkait penyelidikan FBI terhadap dugaan kolusi tim kampanye Trump dengan Rusia saat pilpres 2016. Foto: REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo
Nama kedua yang muncul ada mantan Wakil Direktur FBI Andrew McCabe. Baru Senin (29/1) lalu, McCabe mengundurkan diri setelah berulang kali dikritik Trump dan Partai Republik. McCabe banyak dikritik karena dianggap bias mendukung capres Partai Demokrat saat pilpres 2016. Foto: REUTERS/Kevin Lamarque/Files
Satu nama lainnya adalah Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein yang masih aktif menjabat hingga kini. Rosenstein merupakan sosok yang menunjuk dan mengawasi kinerja penasihat khusus FBI Robert Mueller yang kini memimpin penyelidikan kolusi tim kampanye Trump dengan Rusia. Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein
Nama keempat adalah mantan Wakil Jaksa Agung Sally Yates yang telah dipecat Trump pada akhir Januari 2017. Yates dipecat setelah melakukan langkah luar biasa langka dengan menantang Gedung Putih dan menolak untuk membela kebijakan imigrasi Trump yang kontroversial. Foto: REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo
Pejabat kelima adalah mantan Pelaksana Tugas Wakil Jaksa Agung, Dana Boente, yang kini menjabat sebagai Penasihat Umum FBI. Boente mundur dari Departemen Kehakiman AS pada Oktober 2017 lalu. Foto: Mark Wilson/Getty Images/AFP
Memo rahasia yang diungkap Trump dianggap menunjukkan penyalahgunaan program pengintaian 'Foreign Intelligence Surveillance Act' atau FISA oleh FBI dan Departemen Kehakiman AS. Pengintaian dilakukan terhadap seorang anggota tim kampanye Trump, Carter Page, semasa kampanye pilpres 2016. Foto: REUTERS/Jim Bourg
Nama Comey, McCabe, Rosenstein dan Yates terseret karena menandatangani aplikasi FISA untuk pengintaian Page itu. Pengintaian itu dianggap bermotif politik karena didasarkan pada dokumen bernama 'berkas Rusia' yang berisi tuduhan tidak terbukti terhadap Trump. Foto: REUTERS/Jim Bourg
Dokumen itu disusun oleh mantan agen intelijen Inggris, Christopher Steele, dengan dana yang dibiayai sebagian dari dana kampanye Hillary Clinton, rival Trump saat pilpres lalu. Memo rahasia ini menyebut Steele sebagai anti-Trump dan sangat ingin agar Trump tidak terpilih menjadi Presiden AS. Foto: REUTERS/Jim Bourg
Ada satu lagi pejabat yang disebut memo itu, yakni mantan Associate Wakil Jaksa Agung dan pejabat senior pada Departemen Kehakiman AS, Bruce Ohr. Ohr menjadi sosok yang paling tidak familiar. Dia tidak bertugas langsung pada sektor intelijen dan tidak memainkan peranan langsung dalam mendapatkan surat perintah pengintaian untuk Page. Namun Ohr diketahui mengenal langsung sosok Steele. Foto: globalinitiative.net