Perjuangan Relawan Berikan Bantuan Tembus Perbatasan Myanmar

Kaum Muslimin Rohingya di Rakhine terbagi menjadi beberapa titik dengan sebagian tinggal di perkampungan yang telah menjadi tempat tinggal mereka sejak dulu. 
Sebagian lain yang kehilangan tempat tinggal karena dibakar harus rela ditempatkan di kamp darurat yang kurang memadai untuk mendapatkan makanan, air bersih, atau kakus.
Hingga saat ini ada beberapa perkampungan dan kamp yang ditinggali, diantaranya adalah Manji 1 & 2, Baddu Baddel, Hla Mma Shaey, Sakipara dan beberapa tempat lain yang belum terdata.
Kamp ini bisa ditempuh dengan jarak 30 menit hingga 1 jam perjalanan dari kota Sittwe menggunakan sepeda motor dan melintasi pos-pos penjagaan militer dan pagar kawat berduri militer Myanmar. 
Jumlah penduduk di masing-masing kamp bervariasi dari mulai 5 ribu hingga lebih dari 8 ribu orang.
Para penduduk berkumpul untuk mendapatkan bantuan-bantuan yang diberikan.
Bantuan-bantuan yang diberikan dari para relawan berupa pangan.
Pangan yang diberikan diantaranya terdiri dari beras dan minyak goreng.
Dikarenakan sulitnya mendapatkan akses air bersih, para pengungsi terpaksa meminum air dari sawah, genangan air, atau sumur dangkal yang digali dengan tangan.
Selain sulitnya mendapatkan akses untuk keluar, bantuan-bantuan yang dibawa oleh para relawan tidak diperbolehkan masuk oleh pihak militer Myanmar.
Dengan tidak adanya akses untuk perawatan kesehatan, pengungsi yang sakit terpaksa untuk menghadapi perubahan suhu yang ekstrem di siang hari dan malam hari.
Para penduduk mengharapkan bantuan-bantuan berupa akses untuk tempat tinggal, sekolah, masjid, dan kesehatan.
Kaum Muslimin Rohingya di Rakhine terbagi menjadi beberapa titik dengan sebagian tinggal di perkampungan yang telah menjadi tempat tinggal mereka sejak dulu. 
Sebagian lain yang kehilangan tempat tinggal karena dibakar harus rela ditempatkan di kamp darurat yang kurang memadai untuk mendapatkan makanan, air bersih, atau kakus.
Hingga saat ini ada beberapa perkampungan dan kamp yang ditinggali, diantaranya adalah Manji 1 & 2, Baddu Baddel, Hla Mma Shaey, Sakipara dan beberapa tempat lain yang belum terdata.
Kamp ini bisa ditempuh dengan jarak 30 menit hingga 1 jam perjalanan dari kota Sittwe menggunakan sepeda motor dan melintasi pos-pos penjagaan militer dan pagar kawat berduri militer Myanmar. 
Jumlah penduduk di masing-masing kamp bervariasi dari mulai 5 ribu hingga lebih dari 8 ribu orang.
Para penduduk berkumpul untuk mendapatkan bantuan-bantuan yang diberikan.
Bantuan-bantuan yang diberikan dari para relawan berupa pangan.
Pangan yang diberikan diantaranya terdiri dari beras dan minyak goreng.
Dikarenakan sulitnya mendapatkan akses air bersih, para pengungsi terpaksa meminum air dari sawah, genangan air, atau sumur dangkal yang digali dengan tangan.
Selain sulitnya mendapatkan akses untuk keluar, bantuan-bantuan yang dibawa oleh para relawan tidak diperbolehkan masuk oleh pihak militer Myanmar.
Dengan tidak adanya akses untuk perawatan kesehatan, pengungsi yang sakit terpaksa untuk menghadapi perubahan suhu yang ekstrem di siang hari dan malam hari.
Para penduduk mengharapkan bantuan-bantuan berupa akses untuk tempat tinggal, sekolah, masjid, dan kesehatan.