Foto Idul Adha di Negara Pojok Timur Tengah yang Hanya Ada 1 Masjid

Pagi hari, tak ada yang berduyun-duyun menenteng sajadah atau mengenakan mukena. Tak ada pula gema takbir membahana. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Blue Mosque, satu-satunya masjid di negara ini, beralamat di 12 Mashtots Avenue. Yang beraktivitas di sini bukan orang Muslim setempat. Soalnya 92 persen orang Armenia beragama Kristen, bahkan ini adalah negara Kristen pertama di dunia. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Adalah komunitas Muslim Syiah dari Iran yang ada di Masjid ini. Iran adalah negara tetangga Armenia yang punya ikatan sejarah sejak berabad-abad lalu. Orang Iran berada di sini dalam rangka bekerja atau juga sebagai warga Armenia keturunan Iran. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Blue Mosque adalah masjid tua, dibangun tahun 1765 oleh Gubernur Yerevan bernama Hussein Ali Khan. Pada masa itu, Yerevan memang berada di bawah pemerintahan Iran. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Selepas gerbang, ada taman dilengkapi dengan kolam di tengahnya. Bangunan di pinggirnya adalah museum yang menyimpan barang-barang bersejarah termasuk keramik dan perkakas logam, semuanya khas Persia. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Suasana di dalam masjid masih belum terlalu ramai. Tak berapa lama, orang-orang mulai datang, awalnya sekitar 30 orang, kemudian beranjak banyak menjadi sekitar 60 orang. Ini adalah area khusus pria. Jemaah perempuan menunaikan salat di ruangan yang lain.  Foto: Danu Damarjati-detikcom
Di atas karpet yang dilapisi kain hijau, ada benda kotak atau bundar, pipih, kecil warna kuning yang terbuat dari tanah liat. Beberapa ada yang polos, namun banyak yang bertuliskan huruf Arab dan ada pula yang bergambar masjid. Benda ini juga disediakan di dinding masjid, mudah ditemukan oleh jemaah. Benda itu disebut Mohr, digunakan untuk sujud dalam cara salat Syiah. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Usai khotbah salat, mereka bersalam-salaman. Sementara itu di bagian luar di sebelah pintu, sejumlah pemuda mendorong gerobak berisi sekuali besar gulai daging. Dua orang lain lagi sedang mewadahi roti-roti. Ada pula yang menyiapkan teh. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Saya masuk ke masjid. Hidangan itu disiapkan di atas lapisan karpet plastik panjang. Sepiring gulai daging, roti, secangkir teh, dan gula padat berbentuk dadu kecil-kecil bisa diambil sesuai selera untuk melengkapi teh. Rasa gulai daging ini tak setegas rasa gulai Indonesia, karena gulai ini cenderung lebih tawar. Ada merica dan garam yang bisa menambah rasa. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Apapun rasa gulai ini, yang jelas inilah satu-satunya kebersamaan dalam momen Idul Adha di Armenia. Tak ada lagi masjid yang resmi beroperasi selain di sini. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Imam Blue Mosque, Syekh Muhammad Ali Saj'an, menjelaskan masjid ini memang dibangun orang Iran zaman dulu. Namun ini bukan hanya untuk beribadah orang Iran, melainkan untuk semua orang Islam juga. Bahkan orang yang berlainan agama juga ke sini untuk mencari tahu soal sejarah atau sekadar berwisata. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Pagi hari, tak ada yang berduyun-duyun menenteng sajadah atau mengenakan mukena. Tak ada pula gema takbir membahana. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Blue Mosque, satu-satunya masjid di negara ini, beralamat di 12 Mashtots Avenue. Yang beraktivitas di sini bukan orang Muslim setempat. Soalnya 92 persen orang Armenia beragama Kristen, bahkan ini adalah negara Kristen pertama di dunia. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Adalah komunitas Muslim Syiah dari Iran yang ada di Masjid ini. Iran adalah negara tetangga Armenia yang punya ikatan sejarah sejak berabad-abad lalu. Orang Iran berada di sini dalam rangka bekerja atau juga sebagai warga Armenia keturunan Iran. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Blue Mosque adalah masjid tua, dibangun tahun 1765 oleh Gubernur Yerevan bernama Hussein Ali Khan. Pada masa itu, Yerevan memang berada di bawah pemerintahan Iran. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Selepas gerbang, ada taman dilengkapi dengan kolam di tengahnya. Bangunan di pinggirnya adalah museum yang menyimpan barang-barang bersejarah termasuk keramik dan perkakas logam, semuanya khas Persia. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Suasana di dalam masjid masih belum terlalu ramai. Tak berapa lama, orang-orang mulai datang, awalnya sekitar 30 orang, kemudian beranjak banyak menjadi sekitar 60 orang. Ini adalah area khusus pria. Jemaah perempuan menunaikan salat di ruangan yang lain.  Foto: Danu Damarjati-detikcom
Di atas karpet yang dilapisi kain hijau, ada benda kotak atau bundar, pipih, kecil warna kuning yang terbuat dari tanah liat. Beberapa ada yang polos, namun banyak yang bertuliskan huruf Arab dan ada pula yang bergambar masjid. Benda ini juga disediakan di dinding masjid, mudah ditemukan oleh jemaah. Benda itu disebut Mohr, digunakan untuk sujud dalam cara salat Syiah. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Usai khotbah salat, mereka bersalam-salaman. Sementara itu di bagian luar di sebelah pintu, sejumlah pemuda mendorong gerobak berisi sekuali besar gulai daging. Dua orang lain lagi sedang mewadahi roti-roti. Ada pula yang menyiapkan teh. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Saya masuk ke masjid. Hidangan itu disiapkan di atas lapisan karpet plastik panjang. Sepiring gulai daging, roti, secangkir teh, dan gula padat berbentuk dadu kecil-kecil bisa diambil sesuai selera untuk melengkapi teh. Rasa gulai daging ini tak setegas rasa gulai Indonesia, karena gulai ini cenderung lebih tawar. Ada merica dan garam yang bisa menambah rasa. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Apapun rasa gulai ini, yang jelas inilah satu-satunya kebersamaan dalam momen Idul Adha di Armenia. Tak ada lagi masjid yang resmi beroperasi selain di sini. Foto: Danu Damarjati-detikcom
Imam Blue Mosque, Syekh Muhammad Ali Sajan, menjelaskan masjid ini memang dibangun orang Iran zaman dulu. Namun ini bukan hanya untuk beribadah orang Iran, melainkan untuk semua orang Islam juga. Bahkan orang yang berlainan agama juga ke sini untuk mencari tahu soal sejarah atau sekadar berwisata. Foto: Danu Damarjati-detikcom