Suasana Mistis di Benteng 7 Lapis

Benteng Makes berada di balik sabana Fulan Fehan yang indah, di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen. Dari ujung jalan desa, kita mesti naik mobil 4 WD menempuh jalan berbatu mendaki lereng Gunung Lakaan sampai ke sabana Fulan Fehan.
Wisatawan berkunjung ke situs prasejarah Benteng Tujuh Lapis di puncak Bukit Makes di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (30/03/2017) lalu.
Benteng ini dindingnya adalah tumpukan batu karang dari sekitar gunung. Hanya ada celah cukup lebar untuk orang masuk. Di dalamnya sudah ada dinding lapis kedua.
Setelah benteng lapis kedua, di dalamnya adalah hutan cukup lebat dengan jalan setapak berkelak-kelok, naik turun seperti labirin. Tidak jelas mana lapis ketiga sampai keenam, tahu-tahu kami sampai di lapisan ketujuh atau lapisan inti benteng ini.
Bentuknya adalah dinding lingkaran setinggi pinggang, dengan sebuah meriam Portugis yang dipasang sebelum akses masuk. Dalam lingkaran ini ada batu-batu yang dipasang vertikal seperti sandaran kursi. Di tengahnya ada batu kecil.
Menurut Kasubag Komunikasi Publik Pemkab Belu lingkaran inti benteng disebut Sadan, yaitu tempat para raja-raja leluhur Suku Bunak berkumpul menggelar pengadilan untuk menentukan orang bersalah atau tidak bersalah.
Lumut pada batu-batu dinding benteng begitu tebalnya, pertanda tempat ini jarang dijamah manusia.
Benteng Makes berada di balik sabana Fulan Fehan yang indah, di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen. Dari ujung jalan desa, kita mesti naik mobil 4 WD menempuh jalan berbatu mendaki lereng Gunung Lakaan sampai ke sabana Fulan Fehan.
Wisatawan berkunjung ke situs prasejarah Benteng Tujuh Lapis di puncak Bukit Makes di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (30/03/2017) lalu.
Benteng ini dindingnya adalah tumpukan batu karang dari sekitar gunung. Hanya ada celah cukup lebar untuk orang masuk. Di dalamnya sudah ada dinding lapis kedua.
Setelah benteng lapis kedua, di dalamnya adalah hutan cukup lebat dengan jalan setapak berkelak-kelok, naik turun seperti labirin. Tidak jelas mana lapis ketiga sampai keenam, tahu-tahu kami sampai di lapisan ketujuh atau lapisan inti benteng ini.
Bentuknya adalah dinding lingkaran setinggi pinggang, dengan sebuah meriam Portugis yang dipasang sebelum akses masuk. Dalam lingkaran ini ada batu-batu yang dipasang vertikal seperti sandaran kursi. Di tengahnya ada batu kecil.
Menurut Kasubag Komunikasi Publik Pemkab Belu lingkaran inti benteng disebut Sadan, yaitu tempat para raja-raja leluhur Suku Bunak berkumpul menggelar pengadilan untuk menentukan orang bersalah atau tidak bersalah.
Lumut pada batu-batu dinding benteng begitu tebalnya, pertanda tempat ini jarang dijamah manusia.