Marie Ange St Juste, bersama kedua putranya Kingsley dan Peterley berpose di dalam rumahnya yang telah hancur pasca diterjang Badai Matthew di kawasan Jeremie, Haiti, Kamis (10/11/2016) waktu setempat. "Saya kehilangan segalanya, tapi saya beruntung anak-anak saya tidak ada yang meninggal, kami butuh bantuan," kata Marie. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins.
Seorang pria bernama Liface Luc, bertelanjang dada, mengenakan celana dari kain robek, topi jerami dan memegang parang di tangannya untuk membersihkan rumahnya. Di sebelah kanannya adalah sebuah kursi yang merupakan harta satu-satunya yang tersisa. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins.
Kasus Jean, nenek berusia 92 tahun tengah duduk di sudut rumahnya. Korban tewas akibat Topan Matthew mencapai 1000 orang. Salah satu dampak terburuknya adalah wabah kolera yang menjangkit warga. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins.
Prenille Nord bersama dua anaknya Daeline dan Kervins berdiri diantara puing-puing rumah mereka yang hancur. "Rumah saya hancur, saya takut kolera, saya benar-benar membutuhkan bantuan. sejauh ini kami belum menerima bantuan apapun," tegas Nord. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins.
Natalie Pierre berpose sambil menggendong anaknya Rose yang berusia 3 tahun. "Saya kehilangan semuanya, rumah, uang, butik. Tapi saya beruntung putri saya masih hidup. Itulah hal yang penting, hidup harus terus berjalan," jelas Natalie. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins.