Kemeriahan Budaya 'Samenan' Di Sukabumi

Acara yang sudah membudaya bagi masyarakat Sukabumi ini digelar tiap tahun pada bulan Juni dan Juli, tidak hanya siswa dan orang tuanya yang merayakan dan ikut dalam iring-iringan kirab, namun seluruh masyarakat yang tinggal disekitar madrasah hingga warga satu kecamatan berbagai usia mulai dari 5 tahun hingga yang berusia lanjut ikut dalam parade. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.<br />
Seluruh warga yang terlibat tanpa dikomando patungan membuat &#39;ogoh-ogoh&#39; berukuran raksasa beragam bentuk mulai dari macan putih raksasa, kendaraan kuno hingga replika batu akik. Berbeda dengan perayaan Ogoh-ogoh di Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala dan dibuat dengan ketrampilan khusus, pada perayaan samenan seluruh warga bebas berkarya dengan kreatifitas masing-masing. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.<br />
Lama pembuatan ogoh-ogoh selama 2 bulan dengan bahan karung dan bambu,&nbsp; meski memakan waktu pembuatan cukup lama saat diarak hanya dipakai kurang dari sehari saat perjalanan parade samenan saja, setelah itu dibiarkan teronggok hingga lapuk dipinggir jalan. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.<br />
Perayaan Samenan bagi keluarga besar Al Furqon merupakan bentuk kebahagiaan siswa dan warga ketika putra dan putri mereka naik kelas dan lulus sekolah sekaligus promosi sekolah untuk calon murid baru yang kelak akan menempuh pendidikan di yayasan mereka. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.<br />
Usai berkeliling, acara samenan diakhiri dengan sejumlah atraksi dari peserta drumband. Mulai dari meliukan tongkat mayoret hingga menahan bass drumb berukuran besar menggunakan gigi, seraya menaiki bass drum yang ditumpuk keatas sedemikian rupa, jangan ditiru karena hanya dilakukan oleh orang yang sudah memiliki keahlian khusus. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.<br />
Acara yang sudah membudaya bagi masyarakat Sukabumi ini digelar tiap tahun pada bulan Juni dan Juli, tidak hanya siswa dan orang tuanya yang merayakan dan ikut dalam iring-iringan kirab, namun seluruh masyarakat yang tinggal disekitar madrasah hingga warga satu kecamatan berbagai usia mulai dari 5 tahun hingga yang berusia lanjut ikut dalam parade. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.
Seluruh warga yang terlibat tanpa dikomando patungan membuat 'ogoh-ogoh' berukuran raksasa beragam bentuk mulai dari macan putih raksasa, kendaraan kuno hingga replika batu akik. Berbeda dengan perayaan Ogoh-ogoh di Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala dan dibuat dengan ketrampilan khusus, pada perayaan samenan seluruh warga bebas berkarya dengan kreatifitas masing-masing. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.
Lama pembuatan ogoh-ogoh selama 2 bulan dengan bahan karung dan bambu,  meski memakan waktu pembuatan cukup lama saat diarak hanya dipakai kurang dari sehari saat perjalanan parade samenan saja, setelah itu dibiarkan teronggok hingga lapuk dipinggir jalan. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.
Perayaan Samenan bagi keluarga besar Al Furqon merupakan bentuk kebahagiaan siswa dan warga ketika putra dan putri mereka naik kelas dan lulus sekolah sekaligus promosi sekolah untuk calon murid baru yang kelak akan menempuh pendidikan di yayasan mereka. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.
Usai berkeliling, acara samenan diakhiri dengan sejumlah atraksi dari peserta drumband. Mulai dari meliukan tongkat mayoret hingga menahan bass drumb berukuran besar menggunakan gigi, seraya menaiki bass drum yang ditumpuk keatas sedemikian rupa, jangan ditiru karena hanya dilakukan oleh orang yang sudah memiliki keahlian khusus. Pool/Syahdan Alamsyah/detikFoto.