Tiga Bersaudara Berjuang Melawan Kemiskinan

Di dalam himpitan ekonomi yang membelit keluarga tersebut, ketiga saudara kandung ini masih mampu bersekolah dan mencari uang untuk menyambung hidupnya.
Dari tungku kayu bakar yang hanya di susun menggunakan tiga buah batu kali inilah mereka biasa memasak nasi dan membuat sayur singkong yang didapat dari pekarangan rumah.
Setelah memasak dan makan, mereka harus membuat bulu mata palsu. Aktivitas keseharian yang dilakoni tersebut untuk menyambung hidup selain kiriman dari kakak tertuanya Tanto Purnomo (23) yang bekerja di Kalimantan Timur sebesar Rp 300 ribu per bulan. Itupun belum dipotong angsuran hutang sang ibu sebesar Rp 100 ribu.
Ibu mereka, Tarmini (40), sudah lima tahun ini mengalami depresi berat. Sementara sang ayah Winarto (45) sudah meninggal satu tahun lalu akibat sakit.
Mereka tinggal di sebuah rumah yang hanya berdinding kayu dan berbilik bambu dengan tiga ruangan lantai beralaskan tanah.
Di dalam himpitan ekonomi yang membelit keluarga tersebut, ketiga saudara kandung ini masih mampu bersekolah dan mencari uang untuk menyambung hidupnya.
Dari tungku kayu bakar yang hanya di susun menggunakan tiga buah batu kali inilah mereka biasa memasak nasi dan membuat sayur singkong yang didapat dari pekarangan rumah.
Setelah memasak dan makan, mereka harus membuat bulu mata palsu. Aktivitas keseharian yang dilakoni tersebut untuk menyambung hidup selain kiriman dari kakak tertuanya Tanto Purnomo (23) yang bekerja di Kalimantan Timur sebesar Rp 300 ribu per bulan. Itupun belum dipotong angsuran hutang sang ibu sebesar Rp 100 ribu.
Ibu mereka, Tarmini (40), sudah lima tahun ini mengalami depresi berat. Sementara sang ayah Winarto (45) sudah meninggal satu tahun lalu akibat sakit.
Mereka tinggal di sebuah rumah yang hanya berdinding kayu dan berbilik bambu dengan tiga ruangan lantai beralaskan tanah.