Ke Mana Perginya Kerikil Pelempar Jumroh?

Pilar elips yang pipih ini tempat pelemparan jumroh sebetulnya adalah tabung yang lebar. Bagian yang berupa corong untuk mengalirkan kerikil dari tempat pelemparan jumroh di lantai di atasnya.
Sementara interior bagian kaki juga dibentuk berupa corong. Maka tidak sampai terjadi penumpukan kerikil bekas pelempara jumroh.
Celah yang gelap itu adalah mulut corong. Melaluinya, kerikil pelemparan jumroh meluncur turun masuk ke tabung pilar dan mendarat di tempat penampungannya yang ada di bagian basement gedung Jamarat.
Ada tiga pilar tempat pelemparan kerikil jaramat, Ula (small), Aqabah (big) dan Wusta (medium). Pelemparan jumroh adalah prosesi mengenai komitmen si calon haji untuk terus mengusir dan melawan setan yang bersemanyam di hati masing-masing.
Setiap tahun, ada jutaan orang jemaah haji melempar jumroh. Hingga awal millenium ini, target pelemparan jumroh berupa tugu, akibatnya ada saja jemaah calon haji terkena kerikil nyasar yang dilemparkan dari posisi di seberangnya.
Banyak juga jamaah calon haji yang melongok ke dasar pilar untuk mencari tahu ke mana perginya kerikil yang baru saja dia lontarkan. Usai musim haji, timbunan kerikil yang terkumpul disebarkan kembali di Musdalifah agar bisa dipungut jemaah calon haji musim berikutnya.
Jamaah haji calon haji bergerak memasuki terowongan Moasiem menuju Jamarat dari maktab mereka di Minajadid. Waktu pelemparan segaja dibuat bergantian hingga malam hari agar tidak terjadi penumpukan massa pada pagi hingga sore.
Usai melempar jumroh, jamaah haji menuju Masjidil Haram untuk melakukan tawaf di Ka'bah.
Pada malam hari, Jamarat Mina penuh oleh jemaah calon haji yang melaksanakan mabid (melewatkan sebagian malam di Mina).
Pilar elips yang pipih ini tempat pelemparan jumroh sebetulnya adalah tabung yang lebar. Bagian yang berupa corong untuk mengalirkan kerikil dari tempat pelemparan jumroh di lantai di atasnya.
Sementara interior bagian kaki juga dibentuk berupa corong. Maka tidak sampai terjadi penumpukan kerikil bekas pelempara jumroh.
Celah yang gelap itu adalah mulut corong. Melaluinya, kerikil pelemparan jumroh meluncur turun masuk ke tabung pilar dan mendarat di tempat penampungannya yang ada di bagian basement gedung Jamarat.
Ada tiga pilar tempat pelemparan kerikil jaramat, Ula (small), Aqabah (big) dan Wusta (medium). Pelemparan jumroh adalah prosesi mengenai komitmen si calon haji untuk terus mengusir dan melawan setan yang bersemanyam di hati masing-masing.
Setiap tahun, ada jutaan orang jemaah haji melempar jumroh. Hingga awal millenium ini, target pelemparan jumroh berupa tugu, akibatnya ada saja jemaah calon haji terkena kerikil nyasar yang dilemparkan dari posisi di seberangnya.
Banyak juga jamaah calon haji yang melongok ke dasar pilar untuk mencari tahu ke mana perginya kerikil yang baru saja dia lontarkan. Usai musim haji, timbunan kerikil yang terkumpul disebarkan kembali di Musdalifah agar bisa dipungut jemaah calon haji musim berikutnya.
Jamaah haji calon haji bergerak memasuki terowongan Moasiem menuju Jamarat dari maktab mereka di Minajadid. Waktu pelemparan segaja dibuat bergantian hingga malam hari agar tidak terjadi penumpukan massa pada pagi hingga sore.
Usai melempar jumroh, jamaah haji menuju Masjidil Haram untuk melakukan tawaf di Kabah.
Pada malam hari, Jamarat Mina penuh oleh jemaah calon haji yang melaksanakan mabid (melewatkan sebagian malam di Mina).