Mural Pilkada, dari Protes Sosial ke Politik

Seorang warga melintas di kolong Jalan Blora, Jakarta, Jumat (6/7/2012). Mural dan grafiti serta coretan dinding pada awalnya merupakan protes sosial. Pada pergerakannya, mural merambah ke protes politik dan belakangan diadopsi untuk kebutuhan komersial.
Sejarah mural bila dirunut ke masa lalu sudah terlihat sejak zaman prasejarah sebagai bahasa komunikasi masyarakat komunikatif. Pada masa modern, mural atau grafiti memperoleh tempat sebagai bahasa protes sosial.
Pilkada DKI Jakarta yang masih menyisakan kekurangan di sana-sini membuat para seniman mengkritik melalui bahasa mural ini.
Berbagai sindirian, kritik hingga nada sinis sering terlihat dalam mural.
Seorang warga melintas di kolong Jalan Blora, Jakarta, Jumat (6/7/2012). Mural dan grafiti serta coretan dinding pada awalnya merupakan protes sosial. Pada pergerakannya, mural merambah ke protes politik dan belakangan diadopsi untuk kebutuhan komersial.
Sejarah mural bila dirunut ke masa lalu sudah terlihat sejak zaman prasejarah sebagai bahasa komunikasi masyarakat komunikatif. Pada masa modern, mural atau grafiti memperoleh tempat sebagai bahasa protes sosial.
Pilkada DKI Jakarta yang masih menyisakan kekurangan di sana-sini membuat para seniman mengkritik melalui bahasa mural ini.
Berbagai sindirian, kritik hingga nada sinis sering terlihat dalam mural.