Inggit, Perempuan Dibalik Sukses Bung Karno

ktris Happy Salma berakting saat memerankan Inggit dalam pementasan Monolog Inggit di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, Senin (4/6/) malam.
Pementasan yang didukung oleh Titimangsa Foundation dan Djarum Apresiasi Budaya mengangkat tema Inggit yang menampilkan sosok perempuan yang sangat penting dan hampir terlupakan dibalik perjuangan kemerdekaan Indonesia.
"Sosok Inggit Garnasih sangat inspiratif bagi kaum perempuan di Indonesia. Dia adalah tokoh perempuan yang mandiri namun tidak banyak yang tahu. Saya ingin mengangkat itu. Saya ingin menampilkan spiritnya," kata Happy.
Happy mengatakan bahwa naskah monolog menampilkan keberanian sosok Inggit. "Berani mengatakan tidak, bukan hanya pada poligami di tahun 1942, tetapi juga berani mengatakan tidak ketika suaminya mau menyerah," katanya.
Ia menuturkan, perempuan yang mendampingi Presiden Soekarno selama 20 tahun itu menolak dipoligami dan memilih hidup sendiri saat sang suami yang membawa bangsa ke pintu gerbang kemerdekaan dipuja, dieluk-elukan.
Selain itu, menurut sutradara "Monolog Inggit" Wawan Sofyan, Inggit juga sangat mempengaruhi Soekarno. "Tapi tidak banyak yang tahu siapa Inggit, bagaimana pengaruhnya terhadap Soekarno," kata dia.
Padahal menurut penulis naskah "Monolog Inggit", Ahda Imran, "tanpa Inggit, seorang Soekarno tidak akan menjadi sosok yang sekarang kita kenal."
"Setelah pulang dari sana, masing-masing bisa mendapatkan sesuatu dengan bercermin dari bagaimana ia menjalani kehidupannya," kata Happy, yang meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 2010.
ktris Happy Salma berakting saat memerankan Inggit dalam pementasan Monolog Inggit di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, Senin (4/6/) malam.
Pementasan yang didukung oleh Titimangsa Foundation dan Djarum Apresiasi Budaya mengangkat tema Inggit yang menampilkan sosok perempuan yang sangat penting dan hampir terlupakan dibalik perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sosok Inggit Garnasih sangat inspiratif bagi kaum perempuan di Indonesia. Dia adalah tokoh perempuan yang mandiri namun tidak banyak yang tahu. Saya ingin mengangkat itu. Saya ingin menampilkan spiritnya, kata Happy.
Happy mengatakan bahwa naskah monolog menampilkan keberanian sosok Inggit. Berani mengatakan tidak, bukan hanya pada poligami di tahun 1942, tetapi juga berani mengatakan tidak ketika suaminya mau menyerah, katanya.
Ia menuturkan, perempuan yang mendampingi Presiden Soekarno selama 20 tahun itu menolak dipoligami dan memilih hidup sendiri saat sang suami yang membawa bangsa ke pintu gerbang kemerdekaan dipuja, dieluk-elukan.
Selain itu, menurut sutradara Monolog Inggit Wawan Sofyan, Inggit juga sangat mempengaruhi Soekarno. Tapi tidak banyak yang tahu siapa Inggit, bagaimana pengaruhnya terhadap Soekarno, kata dia.
Padahal menurut penulis naskah Monolog Inggit, Ahda Imran, tanpa Inggit, seorang Soekarno tidak akan menjadi sosok yang sekarang kita kenal.
Setelah pulang dari sana, masing-masing bisa mendapatkan sesuatu dengan bercermin dari bagaimana ia menjalani kehidupannya, kata Happy, yang meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 2010.