Seorang pekerja memasukkan lempengan perunggu untuk dilebur di besalen (perapian khusus pembuatan gamelan). Bahan baku utama pembuatan gamelan adalah perunggu, dengan campuran timah. Ada pula instrumen yang terbuat dari kayu. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Lempengan logam panas bundar diangkat dari besalen untuk bakal dijadikan gong besar. Pembuatan gong merupakan bagian paling sulit dari seluruh proses pembuatan gamelan. Hanya untuk membuat bentuk dasar saja, para perajin berpengalaman membutuhkan waktu empat hingga lima hari. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Logam yang telah berbentuk gong masih harus disempurnakan beberapa kali untuk proses pembentukannya melalui proses pembakaran. Instrumen gong membutuhkan paling banyak bahan baku dibanding instrumen-instrumen lainnya. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Penyempurnaan bentuk juga dilakukan pasca pencetakan di besalen. Pembuatan gong besar selalu mendapat perhatian khusus karena paling rumit dan kualitasnya akan mempengaruhi kualitas perangkat lainnya. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Menghaluskan bentuk gong untuk mendapatkan tampilan fisik yang menarik. Tidak jarang pemesan-pemesan tertentu memesan gamelan dengan menambahkan lapisan emas pada instrumen gong. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Ki Saroyo, salah seorang pemilik besalen senior di Wirun, sedang melakukan proses pelarasan nada. Proses manual ini membutuhkan kepekaan khusus dari seorang ahli gamelan. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Proses pembuatan gamelan, terutama ketika mulai membuat gong besar, selalu diikuti dengan proses ritual khusus. Selain dilakukan proses selamatan dan menyiapkan sejumlah perangkat upacara, pemilik besalen juga harus menjalani puasa Senin dan Kamis selama proses awal hingga akhir pembuatan gong. Muchus Budi Rahayu/detikcom.
Seorang pekerja rehat minum. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk pembuatan gemelan lengkap. Setidaknya para pekerja harus meluangkan waktu sekitar lima bulan untuk membuat seperangkat gamelan lengkap satu pangkon, yang terdiri dari 26 instrumen dengan nada Slendro dan Pelog. Muchus Budi Rahayu/detikcom.