Wanita kelahiran 7 September 1975 ini paham betul bahwa membicarakan masalah seks di Indonesia akan terbentur dengan anggapan-anggapan kurang pantas atau tidak layak diomongkan.
Zoya saat berbincang dengan detikHealth di kantornya PT Sinergi Daya Insani, Jl Taman Lebak Bulus 4 Blok H No 19 D Jakarta Selatan seperti ditulis, Senin (9/4/2012).
Menurut perempuan berdarah Manado-Semarang ini, seks seharusnya bisa didiskusikan dari sisi ilmiahnya dan orang harus dibiasakan untuk tidak berpikiran negatif atau 'kotor'. Dengan begitu orang bisa mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya dan harus bagaimana menghadapinya.
Perempuan penyuka warna pink ini mengaku tertarik mendalami psikologi seksual karena melihat minimnya informasi soal seks yang benar di masyarakat.
Usai menyelesaikan S2 Psikologi Klinis di Fakultas Psikologi UI, Zoya lalu mengambil sertifikasi yang terkait dengan perilaku seksual. Sertifikasi tingkat dasar ia ambil dari Australia dan Amerika dan tingkat lanjut dirampungkannya di jurusan Seksologi Univesitas Udayana Bali di bawah bimbingan Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila.
Zoya berharap rencananya untuk mengambil S3 tentang Human Sexuality di Universitas Indiana Amerika bisa terealisasi.
Ia punya ambisi untuk membuat peta Human Sexual masyarakat Indonesia.