Pertunjukan yang telah digelar oleh Teater Koma selama kurun waktu 35 tahun itu sudah mencapai produksinya yang ke-126 yang dipersembahkan oleh Djarum Apresiasi Budaya.
N. Riantiarno selaku pendiri dan produser dalam pertunjukan Teater Koma itu mengaku sangat bersyukur karena masih bisa memproduksi dan berbagi pengetahuan teater kepada khalayak umum.
Seluruh busana yang dikenakan oleh para pemain untuk pementasan kali ini diambil dari perpaduan batik peranakan Cina-Jawa.
Sedikitnya tak kurang dari kurang lebih 300 orang terlibat dalam pementasan yang digelar oleh Teater Koma selama satu bulan full non stop.
Beberapa properti pendukung yang ada di atas panggung juga ada yang bermotif batik peranakan.
Pentas tersebut juga dipadukan dengan perbauran jenis wayang modern dan tradisional seperti wayang Tavip, wayang beber, wayang potehi, wayang kulit cina-jawa dan masih banyak lagi.
Secara garis besar pertunjukan ini menceritakan tentang kisah kerajaan Cina di jaman dulu yang dibumbui oleh unsur percintaan agar kita semua bisa saling mengasihi sesama.
Nilai-nilai budaya luhur yang ada di negara kita Indonesia tercinta masih sangat kaya dan banyak yang belum diketahui dan di eksplore untuk pembelajaran bersama.