×
Ad

Tips Antigagal dan Jaga Mental Health Saat Kuliah di Luar Negeri

Inkana Putri - detikNews
Selasa, 02 Des 2025 10:59 WIB
Foto: Jakarta International College (JIC)
Jakarta -

Masalah kesehatan mental dapat mengintai siapa saja, termasuk anak muda sekalipun. Marketing, Strategic Alliance, dan Student Affairs Director di Jakarta International College (JIC), Kiandra Putri Susanto bahkan menemukan banyak mahasiswa yang mengalami masalah kesehatan mental, baik yang ringan maupun berat.

Sebagai seorang ibu, hal ini mendorong Kiandra untuk lebih memahami penyebab di balik fenomena tersebut. Sering kali, orang beranggapan bahwa mental generasi Z lebih lemah, namun apakah anggapan ini benar? Atau ada faktor lain yang perlu diperhatikan?

Berdasarkan observasi dan pengalamannya bersama mahasiswa, salah satu penyebab utama masalah ini adalah pengaruh sosial media. Anak-anak yang diberikan akses terlalu dini ke sosial media sering kali belum memiliki pemahaman tentang dunia kerja.

Mereka hanya melihat kesuksesan orang lain tanpa menyadari kerja keras dan berbagai tantangan yang dihadapi. Padahal, kesuksesan yang tampak instan di media sosial tidaklah menggambarkan proses yang sebenarnya, yang seringkali memerlukan waktu berjam-jam untuk menghasilkan konten yang hanya berdurasi satu menit.

Merespons kondisi ini, Kiandra merekomendasikan agar orang tua dari anak di bawah usia 17 tahun berperan aktif dalam membatasi konsumsi sosial media mereka. Mirip dengan anak-anak usia dini yang memerlukan bimbingan orang tua, anak yang baru beranjak dewasa juga membutuhkan arahan ketika memulai perkuliahan.

Ia pun menyoroti banyaknya anak yang kuliah ke luar negeri, namun pulang tanpa ijazah. Bahkan, tak jarang mereka harus pindah universitas atau bahkan turun ke universitas dengan ranking yang kurang baik. Namun, Kiandra mengungkapkan hal-hal tersebut bisa dihindari dengan mudah.

Kiandra menjelaskan sekarang, banyak anak dan orang tua lebih memilih program pendidikan yang dimulai di Indonesia sebelum melanjutkan ke luar negeri. Salah satunya program seperti Pathway yang dimiliki JIC, dimana anak akan mendapatkan pendidikan 1-3 tahun di Indonesia, diikuti 1-3 tahun di Australia, Amerika Serikat, China, atau Inggris.

Ia mengatakan program ini memberikan waktu bagi anak untuk beradaptasi dengan berbagai aspek penting, yakni sosial, manajemen waktu, dan gaya pembelajaran. Menurutnya, aspek-aspek ini menuntut anak untuk berpikir kritis dan berani mengungkapkan pendapat.

"Salah satu hal terpenting untuk kesuksesan mahasiswa di JIC adalah sistem PTM (Parents Teacher Meeting), yang memastikan orang tua memahami sistem pendidikan, karena keberhasilan anak merupakan kerja sama antara JIC dan orang tua. Sayangnya, sistem ini tidak ada ketika anak langsung melanjutkan ke luar negeri," ujar Kiandra dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/2025)

"Kami juga ingin memastikan bahwa orang tua dan mahasiswa mendapatkan yang terbaik dari kami, itulah sebabnya kami membatasi diri untuk bekerja sama dengan universitas yang termasuk dalam 50 universitas terbaik dunia, kelompok delapan terbaik di Australia, universitas dengan peringkat 2,5% terbaik di AS, dan kelompok Russell di Inggris," imbuhnya

Kiandra pun menekankan pentingnya bagi orang tua untuk memilih institusi pendidikan yang tepat. Dengan demikian, anak dapat mencapai potensi dan kompetensi maksimal.

Selain itu, untuk mahasiswa internasional, berkuliah di luar negeri harus membayar uang sekolah yang lebih mahal. Oleh karena itu, JIC menawarkan kesempatan untuk anak memulai berkuliah dengan biaya seperti anak lokal. Dengan begitu, dana yang sudah disimpan dapat dialokasikan untuk investasi pendidikan lanjutan untuk anak seperti S2 dan lainnya.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Jakarta International College di 0811 1566 897 atau kunjungi situs web mereka di www.jic.ac.id.



Simak Video "Video Survei: ChatGPT Berpeluang Jadi Medium Baru untuk Terapi Kesehatan Mental"

(ega/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork