Jakarta - Telapak kaki bengkak dan bernanah, mantan dosen Gunadharma, Aliku Maharani (52) menjalani operasi. Bukannya sembuh, kaki Aliku justru berlubang dan terus bernanah. Aliku pun kini pincang.Aliku yang tinggal di kompleks Meruya, Jakarta Barat, kini harus dibantu tongkat untuk berjalan.Peristiwa naas ini bermula saat Aliku mengalami bengkak dan nyeri di kaki kanan. Aliku kemudian pijat refleksi."Biasanya kalau direfleksi kaki kita sakit kan ada penyakitnya. Jadi saya beli kayu refleksi. Kok lama-lama kaki saya ada bisul di telapak kaki. Saya meriang," kata Aliku yang mengenakan batik di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (25/6/2007).Aliku lantas berobat ke RS Pelni Petamburan, Jakarta Barat pada 18 Desember 2006. Aliku yang memiliki riwayat diabetes selama 22 tahun ini ditangani dokter spesialis bedah umum RS Pelni Petamburan, Budhi Sardjana. Sang dokter meminta Aliku menjalani operasi untuk mengeluarkan nanah di kakinya."Saya masuk kamar operasi dibius. Saya pikir tidak apa-apa. Tetapi hasilnya seperti itu," ujarnya sambil menunjukkan foto telapak kakinya yang bolong selebar lubang gelas dan pecah-pecah itu.Namun tragisnya setelah operasi, benjolan berisi nanah muncul di sekitar kaki kanan. Aliku pun terpaksa menjalani operasi lagi.Saat Aliku tengah berkonsultasi dengan dokter Budhi, ada juga dokter spesialis bedah plastik, Bisono."Dokter Bisono bilang dioperasi plastik saja kakinya, biar bisa jalan. Bapak juga bisa lari kalau dioperasi plastik," kata Aliku menirukan ucapan Bisono.Aliku setuju dioperasi plastik. Namun saat jam operasi, Aliku mengalami panas tinggi. "Panas saya 38,5 derajat Celsius dan gula saya 225. Tetapi kata dokter tidak apa-apa, saya dikasih panadol untuk menurunkan panas saya," ujarnya.Bukannya membaik, tetapi justru kaki Aliku tepatnya di bawah betis tumbuh benjolan daging besar. Luka di telapak kaki Aliku tertutup meski tidak rata dan ada bekas jahitan serta basah."Saya sudah takut. Saya bilang akan berobat jalan saja, lagian sudah tidak ada biaya lagi. Saya sudah keluarkan Rp 80 juta dan saya keluar RS pada 9 Januari 2007," terang dia.Setelah di rumah, Aliku tetap mengontrol kakinya ke manteri. Luka yang basah dikeringkan hingga Mei 2007."Saya pernah ditelepon dokter, nggak tahu apa Bisono, Budhi atau koordinator dokter Petamburan Imam Subekti. Saya disuruh operasi lagi untuk menyembuhkan kaki saya. Saya tidak mau, saya sudah takut," kata Aliku yang kakinya masih diperban.Aliku dan pengacaranya Agus Pasaribu akhirnya menyomasi RS Pelni Petamburan pada 14 Juni. Aliku pun melaporkan 3 dokter RS Pelni Petamburan ke Polda Metro Jaya. Para dokter terancam melanggar pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan orang lain cacat.
TeledorSomasi itu dijawab Kepala RS Pelni Petamburan dokter Sri Rahmani. Dalam jawaban somasi, RS Pelni Pertamburan mengaku telah menganjurkan Aliku kontrol ke dr Bisono lantaran pengobatan yang belum tuntas.Setelah ditunggu-tungggu, Aliku tidak pernah datang. Padahal dr Bisono telah menelepon Aliku, tetapi tidak juga datang.Kepala Humas RS Pelni Petamburan, Wagino, mengatakan kasus tersebut merupakan keteledoran Aliku karena pasien memiliki riwayat diabetes dan tidak pernah dikontrol."Sejak operasi tidak pernah dikontrol, padahal kita sudah coba hubungi," kata Wagino.
(aan/sss)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini