Wilayah Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, dilanda banjir setinggi 1,5 meter. Diketahui, air mulai masuk ke rumah warga menjelang sahur tadi sekitar pukul setengah tiga pagi.
Sri, salah satu warga yang terdampak banjir, harus menjalani sahur di musala terdekat agar bisa makan dengan nyaman. Ia mengatakan, setengah jam sebelumnya, ia sudah masak terlebih dahulu sebelum air banjir masuk pada pukul 02.30 WIB,
"Masak masih bisa, kompor belum diinin (diangkut ke lantai 2 rumah). Nyeplok telur sebelum banjir, sebelum sahur itu jam 2 kita udah goreng dulu," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Udah mau (selesai) masak-masak, terus kita ke masjid, makan di depan masjid, itu yang nggak kena banjir," ujar Sri saat ditemui di rumahnya, Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Sabtu (1/3/2025).
Warga lain bernama Icih (66) juga mengalami hal yang sama. Ia harus masak makanan sahur secara sederhana karena banjir. Icih mengatakan harus masak masakan instan, seperti nugget dan sosis kemasan, di lantai atas rumahnya.
"Emang kalau masak sih, masak nasi nyolok dari sore gitu. Ya anak-anak palingnya goreng nugget, di atas aja, sosis apa gitu. Yang ringan-ringan aja yang bisa masak, ngedadak," ujar Icih.
Baca berita di halaman berikutnya.
Warga Kebon Pala Ingin Ciliwung Diturap
Permukiman warga Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur sudah berkali-kali direndam banjir. Warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung berharap pemerintah segera membangun turap bantaran kali agar mereka tak lagi kebanjiran akibat luapan sungai.
Salah satu warga bernama Suharti (60), berharap demikian. Apalagi, ia mengetahui bahwa bantaran kali di sisi seberang, yaitu di sisi Kampung Pulo, telah diturap dan berhasil mencegah banjir masuk ke permukiman.
"Ya harapannya Ibu mah penginnya buru-buru. Kan, yang sebelah (Kampung Pulo) sudah dibongkar. Harapan Ibu sih pengin buru-buru, jadi nggak kena imbasnya gitu," kata Suharti saat ditemui di lokasi, Rabu (29/1/2025).
Suharti merasa yakin, apabila bantaran kali Kebon Pala sudah diturap, banjir tidak akan masuk ke rumahnya lagi. Ia merasa iri selama ini dengan wilayah Kampung Pulo, yang sudah lebih dahulu diturap.
"Ini kalau di situ (bantaran kali) udah, ini (rumah) udah aman, udah nggak kena, udah nggak banjir lagi. Kalau udah dibenteng, jadi tinggiin temboknya. Soalnya, sebelah sudah dibenteng (tapi) di sini belum, kan iri dong. Sebelah sudah dibenteng, ini dikit-dikit banjir, dikit-dikit banjir," ujar Suharti.