Israel dan Palestina mengumumkan telah melakukan gencatan senjata. Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah, menilai detail dari kesepakatan gencatan senjata itu belum sepenuhnya tersampaikan kepada dunia.
"Ini gencatan senjatanya baru di dua pihak itu, tapi detailnya nggak ada, ini yang harus dunia perhatikan. Karena biasanya Israel itu suka menyimpang dari kesepakatan yang dia buat," ujar Teuku kepada wartawan, Jumat (21/2/2021).
Teuku mengatakan dalam gencatan senjata itu harusnya disampaikan sejumlah kesepakatan. Misalnya, tidak melakukan pengeboman hingga tidak melakukan sabotase infrastruktur publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus ada detail (kesepakatan) bukan hanya kita melakukan gencatan senjata, misalnya tidak akan melakukan aksi pemboman, kemudian tidak akan melakukan sabotase atas fasilitas infrastruktur, air, listrik. Kemudian bagaimana dengan pejuang-pejuang yang tertangkap dan bagaimana nasib masyarakat Palestina yang terbunuh. Itu kan harus diselesaikan," ucapnya.
Gencatan Senjata Terjadi Akibat Desakan Sejumlah Negara
Lebih lanjut, Teuku menjelaskan gencatan senjata itu terjadi karena Israel mendapat kecaman dari sejumlah negara. Selain itu, ada juga kekhawatiran dari Amerika Serikat sebagai pihak pembela Israel semakin tersudut apabila gencatan senjata tidak dilakukan.
"Saya pikir banyak negara yang mendesak agar segera diselesaikan konflik itu, misalnya Indonesia mendesak lewat OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dan GNB (Gerakan Non-Blok), kemudian Indonesia juga berbicara di forum PBB soal itu, kemudian di negara di Timur Tengah juga berbuat yang sama, kemudian kalau sudah seperti ini kan aktor-aktor yang terlibat sadar konflik ini akan berdampak regional, misalnya Amerika Serikat juga tersudut karena dia mendukung kemudian patut diduga kalau dibawa masalahnya ke Dewan Kehormatan PBB akan lebih ribet lagi, karena Amerika akan mati-matian bela Israel tapi akan tercipta koalisi antara China dan Rusia untuk melawan," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan video 'Polisi Israel-Warga Palestina Kembali Bentrok di Al-Aqsa':
PBB Diminta Monitor
Dia berharap PBB memonitor kesepakatan gencatan senjata itu dilakukan dengan baik. Teuku juga berharap di masa gencatan senjata tidak ada pihak-pihak yang berusaha bermain dengan mengirimkan senjata secara diam-diam.
"Gencatan senjata itu harus dipantau secara internasional, dan siapa yang memonitor itu. Karena saya tidak melihat PBB di sini, yang kelihatan adalah kedua pihak setuju gencatan senjata, walaupun dunia menekan. Tapi kembali kepada aktor-aktornya itu, seperti apa genjatan senjata itu dan juga pihak-pihak berkepentingan akan bermain atau nggak. Misalnya suplai senjata diam-diam. Israelnya menggunakan momentum gencatan senjata untuk melakukan perang model baru, jadi hal ini yang kita belum sepakati bersama," katanya.
Sebelumnya diberitakan, usai gencatan senjata dicapai, Hamas mengklaim kemenangan dalam konflik dengan Israel. Hal itu disampaikan tokoh senior biro politik Hamas, Khalil al-Hayya di hadapan warga Gaza yang merayakan kesepakatan tersebut yang menambah kabar berita terkini Palestina hari ini.
"Ini adalah euforia kemenangan," kata Khalil, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (21/5/2021).
Hamas menyebut pertempuran selama 11 hari lamanya sebagai perlawanan sukses atas musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.
Warga Gaza turun ke jalanan Gaza sambil meneriakkan takbir merayakan gencatan senjata yang diumumkan. "Allahu Akbar dan Alhamdulillah," teriak warga Gaza yang merayakan gencatan senjata, seperti dilansir Reuters, Jumat (21/5/2021).
Mobil-mobil memenuhi jalanan utama Gaza, dengan para pengemudi membunyikan klakson bersahutan dan melambaikan bendera dari jendela mobil.