"Dari citra satelit di Balaroa, kita sudah mendapat dari Lapan, foto sebelum kejadian dan setelah kejadian, di mana di kompleks Perumnas Balaroa terjadi mekanisme ambles dan naik, terjadi pengangkatan dan penurunan yang akhirnya menghancurkan kompleks Perumahan Balaroa dan perkiraan sementara 1.747 unit rumah," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (2/10/2018).
Perumahan Balaroa merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa Palu. Saat gempa terjadi, tanah di perumahan itu ambles sedalam 5 meter dan jalan yang naik hingga setinggi rumah.
Sutopo mengatakan Kepala BNPB Willem Rampangilei telah mengambil video kondisi kompleks Perumahan Balaroa menggunakan helikopter untuk melihat kerusakan dan lainnya. Namun hingga kini belum diketahui berapa korban yang tertimbun di kawasan itu.
"Kita belum tahu seberapa banyak korban yang tertimbun di Balaroa, demikian juga di yang ada di Petobo, karena memang evakuasinya memang sulit dilakukan," ujarnya.
Selain itu, Sutopo juga memaparkan hasil assessment atau kajian dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi untuk melihat seberapa besar dampak tsunami. Dari data sementara, khususnya di Palu, dapat dilihat bagaimana jangkauan terjangan tsunami yang merusak permukiman dan bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai.
"Kalau kita melihat jaraknya dari pantai menuju daratan, ternyata paling jauh yang melewati sungai, jadi ketika terjangan tsunami melewati sungai dia bisa mencapai 2,51 km. Tetapi di daratan di pantai tergantung dari topografi, permukaan tanah yang ada di pantai. Sehingga panjang landaannya ada 0,6 km ada sampai 2 km," ujarnya.
Saksikan juga video 'Vlog: Satu Kampung di Petobo 'Lenyap' Akibat Gempa-Tsunami':
(ibh/idh)