"Sekarang dengan WhatsApp kita kirim pesan, aku kangen kamu. Kirim, centang dua, terus nggak di-read. Satu menit, dua menit, setengah jam, nggak di-reply langsung telepon. Kamu di mana, ngapain, (padahal) zaman dulu nggak ada masalah," kata tenaga ahli Kominfo, Donny Budi Utoyo, dalam diskusi publik 'Melawan Hoax' di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat (9/2/2018).
Contoh perubahan gaya berkomunikasi dengan gambar salah satu kaleng biskuit. (Haris Fadhil/detikcom) |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pendiri Politicawave, Yose Rizal, menyebut media sosial mulai marak hoax sejak pemilihan Gubernur DKI pada 2012. Ia menyebut kisruh di media sosial terjadi saat digunakan untuk keperluan politik.
"Sebelum 2012, nyaris nggak ada hoax, nggak ada black campaign, nggak ada akun anonim. Dulu waktu pertama kita pantau Pilkada DKI 2012, baru kita kaget, baru ketemu akun-akun hoax itu. Sebelumnya nggak ada. Kalau dulu orang komplain tentang brand ya benar ada masalah di produknya itu. Politik ini yang bikin media sosial jadi panas. Orang bisa jadi buzzer dan lain-lain," ucap Yose. (haf/nvl)












































Contoh perubahan gaya berkomunikasi dengan gambar salah satu kaleng biskuit. (Haris Fadhil/detikcom)