Staf Amnesty International, Raafi Nurhakim, menyebut saat ini kehidupan warga sipil kedua negara itu sangat terbatas. Warga Palestina bahkan mengalami kesulitan air bersih.
"Korban paling banyak saat ini warga sipil di Palestina dan Yaman. Saat ini Israel membatasi air bagi warga Palestina. Di Yaman juga begitu, hari ini bantuan yang paling vital hampir sudah tidak bisa dipakai lagi," kata Raafi di gedung serbaguna kompleks RJA DPR, Jalan DPR Dalam, Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (30/12/2017).
Dia menilai Arab Saudi, yang merupakan negara kuat di Timur Tengah, juga tak berperan sebagaimana mestinya. Menurutnya, negara-negara tetangga Palestina dan Yaman tak banyak membantu.
"Sebetulnya yang kita harapkan Arab Saudi sebagai kekuatan utama yang bisa sebagai balancer, tapi tidak melakukan itu. Di Palestina yang lebih banyak terlibat itu organ-organ kecil. Negara tetangga Palestina justru tidak berperan," ujarnya.
Kondisi warga sipil juga disorot Staf Senior Komnas HAM Mimin Dwi Hartono. Dia menyebut permasalahan HAM di Palestina sering menjadi bahasan di komisi HAM internasional.
"Beberapa isu yang berkembang yang ditemukan oleh komisi HAM ini adalah pelanggan hak anak. Pelanggaran anak di wilayah Palestina yang dilakukan oleh otoritas Israel sangat tidak manusiawi," kata Mimin.
Dia menambahkan ada ratusan anak Palestina yang ditahan dalam waktu satu tahun. Mereka juga tak boleh didampingi orang tua saat diperiksa aparat Israel.
"Jadi setahun ada 700 anak yang ditangkap dan disiksa oleh Israel. Mereka hanya melempar batu dan akhirnya ditangkap dan disiksa oleh Israel," ungkapnya.
Selain perwakilan dari 2 lembaga itu, kegiatan ini menghadirkan perwakilan dari relawan kesehatan dan pengamat Palestina. Mereka juga membahas konflik yang terjadi di dua negara tersebut. (abw/rvk)