"Dari simulasi enam belas nama, ada Sri Mulyani, Gatot Nurmantyo, Ahok, Tri Rismaharini, Tito Karnavian, Ridwan Kamil. Yang tertinggi pendukung Ahok 16 persen, nomor dua Gatot 10 persen, Sri Mulyani 8 persen, Ridwan Kamil 6 persen," ujar Burhanuddin di Warung Solo, Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, jika dikerucutkan kembali menjadi tiga nama, yakni Gatot, Sri Mulyani, dan Tito, dukungan terhadap Gatot dan Sri Mulyani ada di angka 25 persen. Nama Ahok masih berada di radar tertinggi, tetapi jumlah pendukungnya tidak bertambah.
Menurut Burhanuddin, sosok Gatot dipandang akan meningkatkan suara Jokowi karena dapat mengumpulkan pendukung muslim dan militer. Sedangkan sosok Ahok, Sri Mulyani, dan Risma dianggap bisa melengkapi Jokowi dari segi birokrasi atau good governance.
"Governing jadi lebih penting, meski nggak ada nilainya kalau kalah. Dari sisi elektoral, Gatot punya nilai plus. Dari sisi governing, Risma dan Ahok bisa jadi nilai tambah," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk memilih cawapres, harus dinilai dari faktor elektabilitas atau winning election, good governance, dan konsolidasi partai politik. Namun yang paling penting adalah sosok cawapres yang diusung daripada faktor lain. (yld/ams)











































