"Jualan di sekitar sini (Surabaya) tidak laku dan sempat berfikiran untuk menutup usaha ini," kata Haris kepada detikcom di rumahnya di kawasan Kedinding Lor, Surabaya, Selasa (23/8/2016).
"Jualan nggak laku-laku, bosan berjualan keliling selalu ditolak,saya iseng memposting Kopi Jessica ke facebook saya. Terus dishare sama teman-teman saya. Ternyata yang komen ramai banget dan banyak yang memesan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga tetap Rp 15 ribu, ongkos kirim ditanggung pembeli," ujarnya.
"Di Surabaya nggak laku, nggak booming. Tapi sekarang pesan melalui online, sms kebanyakan dari Solo, Bandung, Yogyakarta, Jakarta sampai Kalimantan" terangnya.
Kini produksi Kopi Jessica terus berjalan. Namun, semuanya dikerjakan sendiri Haris tanpa memiliki pekerja atau pegawai.
"Produksi tergantung pemesanan. Sejak pertengahan Agustus ini, pemesanan sehari bisa mencapai 2-3 lusin," jelasnya (roi/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini