Dalam keterangan pers KBRI Bangkok, Thailand, Kamis (28/7/2016), jaminan menandatangani perjanjian itu disampaikan pada pertemuan Organisasi Kehutanan di tingkat Asia pada 26 Juli lalu.
Delegasi Indonesia diketuai Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Henry Bastaman dal am pertemuan Special Session of the Governing Council of the Agreement ASEAN-Republic of Korea Cooperation.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini tercatat Republik Korea dan Timor Leste yang telah menandatangani Perjanjian AFoCO β O besar. Selanjutnya Bhutan diagendakan akan menandatangani perjanjian dimaksud pada 3 Agustus 2016 setelah Indonesia.
Indonesia dalam pertemuan ini berharap agar program-program terkait kebakaran hutan dan lahan, banjir, kekeringan dan tanah longsor, serta isu lain seperti rehabilitasi, perubahan iklim, pengelolaan hutan dan lahan gambut, yang secara substansi masih relevan ikut ditangani.
"Indonesia yang merupakan negara dengan hutan terbesar di Asia akan mengambil peran penting dalam organisasi ini, dan terus mengawal proses terbentuknya AFoCO β O besar. Untuk itu segera setelah penandatanganan perjanjian, semua pihak diharapkan dapat mendukung proses ratifikasinya," tegas Henry Bastaman sebagai Ketua Delegasi. (dra/dra)











































