"Setiap kami ke sana, yang ada hanyalah kasir dan petugas pencatatan saja. Tidak ada itu dokter atau pun tenaga medis yang kompeten untuk memberi penjelasan kepada kami," ucap Teja dalam diskusi 'Jalur Hitam Vaksin Palsu' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/7/2016).
Teja pun dalam beberapa hari belakangan ini selalu kembali ke RS Sayang Binda bersama para orang tua lainnya. Namun sampai saat ini mereka belum menemukan titik terang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teja sendiri mengaku khawatir bila solusi yang diberikan hanyalah vaksin ulang. Pertama dia khawatir bila kembali memvaksinkan anaknya yang kini berusia 2 tahun di RS yang sama, kedua dia khawatir bila divaksin di tempat lain maka pihak RS Sayang Bunda lepas tangan.
Sementara itu Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta menambahkan, langkah awal yang harus dilakukan adalah analisis dari farmakolog. Menurut dia, dokter anak sekali pun kurang kompeten memberikan analisis.
"Kalau dokter anak menyatakan aman, kami belum dengar apa kata farmakolog sejauh ini. Di tim satgas yang dibentuk pemerintah pun saya lihat tak ada farmakolog," sebut Marius. (bag/aan)











































