Megawati Sampaikan 3 'Pertanggungjawaban Sejarah' dalam Orasi Ilmiahnya di Unpad

Megawati Sampaikan 3 'Pertanggungjawaban Sejarah' dalam Orasi Ilmiahnya di Unpad

Avitia Nurmatari - detikNews
Rabu, 25 Mei 2016 12:01 WIB
Foto: twitter @pramonoanung
Bandung - Sebagai mantan Presiden Republik Indonesia, dalam orasi ilmiahnya, Megawati Soekarnoputri mengungkapkan pertanggungjawaban sejarah atas berbagai persoalan penting selama menjabat sebagai presiden. Apa saja?

Tiga persoalan yang digarisbawahi Megawati yakni Sengketa Sipadan dan Ligitan, Pulau Nipah dan Proyek Liquefied Natural Gas (LNG) antara Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok.

Betulkah Sipadan Ligitan lepas saat saat Megawati menjabat jadi Presiden? Apa yang melatarbelakangi Sipadan dan Ligitan dinyatakan sebagai wilayah Malaysia?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada dasarnya Sipadan-Ligitan bukan merupakan wilayah Indonesia jika didasarkan pada UU No 4/Perppu/1960 tentang Negara Kepulauan. Tetapi juga bukan wilayah Malaysia, sehingga keduanya memperebutkan dengan berbagai argumentasi," ujar Mega dalam Orasi Ilmiah Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa dari Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata, Rabu (25/5/2016).

Sengketa pulau ini sudah terjadi sejak 1967, pada saat menjadi Presiden, Megawati memerintahkan Menteri Luar Negeri untuk memperjuangkan agar Sipadan dan Ligitan menjadi wilayah Indonesia. Namun bukti sejarah yang diterima Mahkamah Internasional adalah dokumen dari pihak Malaysia yang membuktikan bahwa Inggris (negara yang menjajah Malaysia) dan menjadi bagian dari commonwealth paling awal masuk Sipadan Ligitan dengan bukti berupa mercusuar dan konservasi penyu.

"Sedangkan Indonesia dianggap tidak memiliki hak atas wilayah kedua pulau tersebut, karena Belanda hanya terbukti pernah masuk ke Sipadan Ligitan, namun hanya singgah sebentar tanpa melakukan apapun. Putusan Mahkamah Internasional tersebut kebetulan ditetapkan pada tahun 2002 saat saya menjabat sebagai presiden," jelasnya.

Catatan kedua yang ditekankan Ketua Umum PDIP tersebut yakni soal Pulau Nipah. Megawati meyebut ada satu catatan sejarah yang hampir terlupakan terkait kedaulatan wilayah RI yakni Pulau Nipah.

"Pulau ini berbatasan dengan Singapura. Saat itu Pulau Nipah hampir tenggelam karena pengerukan Pasir oleh Singapura. Saya segera perintahkan untuk menimbun kembali pulau itu. Ketika berkunjung ke Singapura, pada saat kembali ke tanah air, saya minta dijemput dengan Kapal Perang Republik Indonesia untuk meninjau Pulau Nipah. Hal itu saya lakukan dengan sengaja untuk menunjukkan kepada Singapura bahwa Pulau Nipah adalah bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia," bebernya.

Ketiga, yakni Proyek LNG Tangguh antara Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok.

"Saudara-saudara, silakan dibuka catatan sejarah, berapa harga gas dunia saat itu. Jangan dilihat harga sekarang, karena saat itu supply minyak internasional masih melimpah. Saat itu tidak ada satupun yang mau membeli gas Indonesia," kisahnya.

Megawati akhirnya memutuskan untuk melakukan lobi diplomatik yang disebut 'Lenso Bengawan Solo' secara langsun langsung dengan Presiden RRT Jiang Zemin.

"Akhirnya RRT membatalkan kerjasama dengan Rusia dan Australia dan memilih bekerjasama dengan Indonesia," tandasnya.

Ia berpesan, dalam pembangunan, harus melalui uji kelayakan, Amdal, serta perhitungan keuntungan secara ekonomi dan sosial bagi rakyat Indonesia tanpa mengorbankan kedaulatan politik dan ekonomi bangsa. (avn/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads