Yoyok mengatakan pasca-reformasi 1998, dukungan militer terhadap proses pembangunan demokrasi sering dipertanyakan. Namun, dia melanjutkan, profesionalisme bisa menjadi batasan terbaik dari hubungan militer dengan sipil.
Dengan demikian, Yoyok melanjutkan, baik militer dan sipil bisa berkolaborasi membangun demokrasi yang modern untuk Indonesia.
"Militer dan demokrasi adalah sahabat. Sikap profesional dalam hubungan militer dengan sipil memiliki makna militer yang profesional menyadari perannya sebagai penjaga kedaulatan NKRI," ujar Yoyok dalam siaran pers dari Pemkab Batang, Jumat (13/5/2016).
Hal tersebut dikatakan oleh Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo saat berbicara di hadapan ratusan Siswa Perwira Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung, Jawa Barat, hari ini.
![]() |
Yoyok mengajak para siswa perwira Seskoad untuk merenungkan kembali perjalanan 18 tahun reformasi yang menandai reposisi peran militer dalam pemerintahan di Indonesia.
"Anda tentu ingat yang terjadi pada hari ini, 13 Mei 18 tahun silam, epatnya 13 Mei 1998. Kerusuhan Jakarta. Peristiwa duka bangsa yang menjadi momentum krusial reposisi peran militer dalam kehidupan bernegara. Sebuah momentum ketika TNI ikut terlibat dalam membuka pintu demokrasi di Indonesia dan memberikan dukungan terhadap supremasi sipil," ulas alumnus Akademi Militer (Akmil) 1994 tersebut.
Dia menambahkan, dalam perjalanan selama 18 tahun, baik militer maupun sipil telah mengalami kemajuan luar biasa dalam memaknai demokrasi. Keikutsertaan purnawirawan TNI dalam kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) juga membuktikan bahwa militer bersedia tunduk pada supremasi sipil.
"Pengalaman saya membuktikan bahwa sipil juga bisa bersikap lebih militeristik dan menggunakan pendekatan kekerasan lebih dari seorang militer betulan. Dan pengalaman saya juga membuktikan militer bisa menjadi agen perubahan, inisiator pemerintahan yang bersih dan penopang agenda-agenda demokrasi. Sekali lagi kuncinya, profesionalisme. Ketika seorang tentara memilih menjadi birokrat sipil ya jadi sipil yang profesional, disiplin dan bersih," kata mantan Kasubdit Pengerahan dan Penggalangan Massa se- Jakarta Raya BIN ini.
Saat menutup materinya, Yoyok Riyo mengajak para siswa perwira Seskoad untuk menjadi kader-kader terbaik untuk demokrasi.
"Yakinlah bahwa anda adalah orang-orang terbaik yang akan membantu terwujudnya demokrasi yang modern di Indonesia. Demokrasi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Demokrasi yang mengedepankan transparansi dan kejujuran. Buktikan pada bangsa ini, tentara bukanlah tukang gusur. Tapi mitra membangun sahabat demokrasi," pungkas Yoyok. (tor/trw)