"Seruan boikot produk Israel oleh Presiden Jokowi harus ditindaklanjuti dan dilembagakan melalui Keputusan Presiden yang diikuti dengan keputusan menteri terkait, terutama yang terkait dengan perdagangan," ujar Fahira di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Fahira mengungkapkan, meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan langsung dengan Israel namun Kementerian Perdagangan harus segera melakukan pengecekan ke pasar. Hal ini dinilainya perlu agar dapat diketahui dengan jelas ada atau tidaknya produk Israel yang beredar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerakan itu merupakan sebuah kampanye tanpa kekerasan dan protes yang dilakukan terhadap Israel yang melakukan penindasan terhadap Palestina. Gerakan tersebut juga cukup memukul perekonomian mereka.
"Di Afsel, pemerintahnya bahkan sampai membuat undang-undang agar semua produk yang berasal dari Wilayah Pendudukan Israel diberi label agar warga Afsel tidak membelinya. Pada Oktober 2015 lalu, kita juga saksikan 300-an akademisi dari berbagai universitas di Inggris menyatakan memboikot institusi pendidikan asal Israel," terangnya.
Oleh karenanya, Fahira menyebut penting kiranya boikot produk Israel oleh Presiden Jokowi ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga isu boikot produk, budaya dan akademik Israel oleh pemerintah dan masyarakah Indonesia tidak hanya menguat saat terjadi kekerasan di Palestina.
"Apa yang dilakukan Israel di Palestina, lebih parah dengan apa yang terjadi saat sistem politik aprtheid diterapkan di Afrika Selatan. Oleh karena itu, salah satu strategi efektif mengakhiri penjajahan Israel adalah melalui perlawanan global di seluruh dunia, sama seperti saat dulu saat dunia meruntuhkan rezim apartheid Afrika Selatan," tutup Fahira. (aws/kha)











































