"Saat ini, EWS yang terpasang di daerah rawan longsor di Indonesia masih sangat terbatas. Mungkin hanya sekitar seratus jumlahnya dari kebutuhan ratusan ribu unit," ucap Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (25/4/2015).
Menurut data BNPB, saat ini ada 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar sedang-tinggi yang berarti jiwa mereka terancam langsung dari longsor. Itu tersebar di 274 kabupaten/kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau alat peringatan dini yang diperlukan cukup banyak, kata Sutopo, sesungguhnya EWS tidak harus canggih. Terdapat sejumlah jenis alat yang dibuat dengan cara sederhana dan harganya murah.
"Ada yang sederhana dengan tali nilon yang dikaitkan dengan megaphone. Harganya kurang dari Rp 300 ribu. Sedangkan yang canggih yang lengkap dengan wireless ekstensometer, tiltmeter, penakar hujan, repeater, lampu peringatan, tower antena, dan server lokal beserta pemetaan, sosialisasi, pelatihan kesiapsiagaan masyarakat dan lainnya sekitar Rp 300 juta," Sutopo menjelaskan.
BNPB bersama UGM dan PVMBG akan memasang lagi 20 EWS lengkap di Jawa Tengah dan Jawa Barat di mana sebelumnya 20 unit juga telah dipasang di 2 Provinsi tersebut, masing-masing 10 EWS. Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memprioritaskan masterplan pengurangan risiko bencana longsor harus dirampungkan pada tahun 2015.
"Isinya bukan hanya memasang EWS saja, tetapi juga penguatan kapasitas, sistem rantai peringatan dini, pemberdayaan masyarakat, sosialisasi dan lainnya. Tantangan yang berat adalah non struktural yang menyangkut budaya sadar bencana dan komitmen pemda dan masyarakat," ucap Sutopo.
"Tanah longsor adalah jenis bencana yang paling mematikan selama tahun 2014. Sepanjang tahun 2014, sejumlah 338 orang meninggal akibat tanah longsor. Bahkan selama tahun 2015 hingga Sabtu (25/4), longsor telah menimbulkan korban jiwa yaitu 46 orang meninggal," sambungnya.
(ear/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini