"Waktu tahu ada Bang Maman dari Kali Pasir di buku SD, saya kaget karena tidak pernah mendengar cerita itu. Saya bertanya-tanya sendiri, belajar Betawi selama 15 tahun tidak pernah tahu cerita tentang Bang Maman," kata sejarawan dan budayawan Betawi, JJ Rizal.
Hal itu disampaikan dia dalam bincang-bincang bertajuk 'Betawi Punye Gaye' di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (25/4/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ceritanya tidak mencerminkan sebagai tradisi budaya Betawi yang seolah rakus dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan banda (harta)," sambung Rizal.
Seharusnya pihak-pihak yang bertanggung jawab pada materi ajar muatan lokal ini mengangkat kisah yang memberi inspirasi yang baik, bukan inspirasi ke arah kesesatan. "Padahal kultur Betawi lekat dengan inklusivitas dan pluralisme," imbuh akademisi UI ini.
Hal yang sama disampaikan kolektor artefak Betawi, Emma Amalia, dalam kesempatan yang sama. Menurut dia, kisah Bang Maman dari Kali Pasir 'meledek' orang Betawi. Namun dia meminta orang-orang Betawi tidak marah.
"Jangan marah, justru ini tantangan. Tantangan bagi kita untuk mempertanyakan kepada menteri kenapa itu bisa lolos," ucap Emma.
Kisah Bang Maman dari Kali Pasir ini sempat membuat heboh di Jakarta. Sebab dalam sebuah lembar kerja siswa terdapat teks kisah tersebut yang terselip istilah 'istri simpanan'. Namun kemudian pihak penerbit buku tersebut, CV Media Kreasi menarik buku dari pasaran. Mereka mengakui ada kesalahan dalam pencetakan sehingga buku yang telah beredar akan direvisi.
(vta/rmd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini