Buku tebal menjadi syarat karena pemasang bom membutuhkan wadah yang cukup lapang untuk memasang rangkaiannya. Buku itu akan meledak bila ditarik di bagian "chip" yang ada di tengah buku, sehingga bom buku semacam itu dikenal sebagai "bom tarik."
Bom buku untuk Ulil Abshar Abdalla dan Komjen Gories Mere yang berjudul "Mereka harus dibunuh" setebal 412 halaman. Sedangkan bom buku terbaru untuk Ahmad Dhani berjudul "Yahudi Militan" setebal 436 halaman. Buku tebal juga dikirimkan kepada Japto S dengan judul "Masih Adakah Pancasila?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apakah buku tebal itu isinya mencerminkan judul buku? Besar kemungkinan tidak. Bisa jadi si pengirim hanya khusus membuat cover buku saja, sedangkan isi buku dicomot dari buku berjudul lain. Kemudian pengirim paket merangkaikan cover dengan buku -- yang mungkin asli -- itu.
Kekhususan cover buku itu bisa dilihat dari bom buku yang dikirimkan untuk Ahmad Dhani. Buku bersampul warna hijau dihiasi gambar pentolan band Dewa itu. Gambar Dhani yang berjenggot tampak mengenakan jubah panjang berornamen emas. Tangan kanannya mengangkat tongkat. Sedangkan tangan kirinya memegang sebuah benda mirip tutup kepala berwarna emas.
Buku yang dikirimkan kepada Ulil dan Japto, saat dicek di toko buku di Jakarta, juga tidak ditemukan. Modus pengirim bom buku itu juga sama, yaitu melampirkan surat dengan identitas fiktif, yang isinya meminta kata pengantar dan interview atas buku tersebut.
(ken/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini