Nuansa Eropa di Gereja Kepanjen Surabaya, Seperti Apa?

Nuansa Eropa di Gereja Kepanjen Surabaya, Seperti Apa?

Amir Baihaqi - detikNews
Rabu, 26 Des 2018 10:48 WIB
Foto: Amir Baihaqi
Surabaya - Selain mempunyai catatan historis, Gereja Katolik Santa Perawan Maria juga diketahui memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Tak salah bila kemudian bangunan ini telah diakui sebagai cagar budaya di Kota Surabaya.

Pengakuan itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya No. 188/45/004/402.1.04/1998.

Adalah pastor C.W.J Wenneker yang berinisiatif memindahkan dan membangun gereja yang lebih besar dari Jalan Merak Cendrawasih ke Jalan Kepanjen, Kota Surabaya. Untuk memuluskan rencananya tersebut, ditunjuklah seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang berdomisili di Semarang bernama W. Westmaas.

"Pemindahan dan pembangunan itu karena jumlah jemaat gereja semakin banyak. Selain itu, gereja yang lama juga mulai rusak. Akhirnya dibangunlah gereja baru yang terletak di Jalan Kepanjen," kata Edi Candra Ongkowijoyo (37) saat ditemui detikcom, Rabu (26/12/2018).


Tepat pada tanggal 19 Agustus 1889, pembangunan gereja pun dimulai. Nuansa arsitektur ala Eropa dengan gaya Neo Gotik terlihat sangat kental, bahkan menjadi ciri khas dari gereja yang lebih akrab disebut Gereja Kepanjen ini.

Hal ini terlihat dari bagian atap gereja yang disemen, jendela bundar atau rose window dan dua menara di bagian depan.

"Untuk batu bata merah seperti terlihat di bagian depan itu diimpor langsung dari Belanda. Sedangkan jika dilihat dari atas, atap gereja terlihat membentuk tanda salib," beber Edi.

Batu Bata Gereja Kepanjen Surabaya Diimpor dari BelandaFoto: Amir Baihaqi

Selang setahun atau pada tanggal 5 Agustus 1900 gereja diadakan pemberkatan dan peresmian oleh Edmundus Sybrandus Luypen. Gereja tersebut kemudian menyandang nama resmi Belanda yakni Onze Lieve Vrouw Geborte Kerk.

"Tahun 1950, gereja mengalami renovasi sekaligus perubahan nama menjadi Gereja Katolik Santa Perawan Maria," tandas Edi.

Kendati demikian, Edi menyebut gereja ini mengalami renovasi sebanyak tiga kali sehingga sisa-sisa nuansa Eropa hanya terlihat di beberapa sisi saja. "Yang masih asli sejak awal berdiri hanya bagian depan," beber Edi.

Gereja Kepanjen juga pernah mengalami masa kelam di masa perang kemerdekaan pada tahun 1945. Bangunan ini pernah terkena bom sampai dibakar massa karena diduga menjadi tempat persembunyian para penjajah Belanda.

Selain itu, gereja juga sampai saat ini masih menyimpan buku registrasi baptis milik pastor pertama Waanders yang usianya sama tuanya dengan gereja ini. Tertarik untuk mampir? (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.