Tak kurang 40 pelukis ambil bagian dalam kompetisi yang digelar selama dua hari ini. Mereka berasal dari Surabaya, Malang, Pasuruan, Batu, Yogyakarta, Banyuwangi, Magelang, Bangkalan, Jember, Mojokerto, dan beberapa kota di Jawa Timur lainnya.
Berbeda dengan media tembok maupun dinding jalanan yang selama ini menjadi sarana menumpahkan ekspresi, dalam ajang ini para pelukis menggoreskan kuas pada media papan yang disediakan panitia. Meski demikian, mereka tetap mencurahkan 100 persen kemampuan untuk merebut perhatian para juri.
"Kegiatan ini sendiri bertujuan selain sebagai ajang kompetisi bagi para pelaku mural khususnya mereka yang lebih memilih jalanan sebagai ekspresi seni juga sebagai wujud apresiasi dari penyelenggara kepada para penggila media tembok," kata salah seorang penyelenggara, Titong, di lokasi Gempol 9 Anenue, Senin (13/11/2017).
Kegiatan ini diikuti puluhan pelukis mural dari berbagai kota di Jatim (Foto: Muhajir Arifin) |
Oleh karena itu, dalam kompetisi mural bertema "Urban Culture" ini juga diadakan diskusi dan apresiasi karya yang menghadirkan sejumlah narasumber. Diantaranya kurator seni rupa, Kuss Indarto, peneliti street art Bramantijo, perupa Hari Prajitno dan lainnya. Tujuannya agar para peserta mendapatkan bekal dan edukasi.
"Kami sangat berharap kegiatan ini akan berdampak bagus bagi para pelaku gerakan street art secara edukatif maupun apresiatif dan menjadi virus bagi para pelaku bisnis agar dapat melakukan hal yang sama setidaknya memberikan apresiasi bagi para pelaku seni khususnya seni rupa," ungkap salah satu pelukis senior, Henri Nurcahyo.
Karya-karya terbaik dalam kompetisi ini akan dipajang di kawasan pertokoan Gempol 9 Avenue. Para pemenang juga akan menerima sejumlah uang apresiasi. (iwd/iwd)












































Kegiatan ini diikuti puluhan pelukis mural dari berbagai kota di Jatim (Foto: Muhajir Arifin)