Berebut Gunungan di Makam Troloyo Mencari Berkah

Berebut Gunungan di Makam Troloyo Mencari Berkah

Enggran Eko Budianto - detikNews
Kamis, 05 Okt 2017 17:03 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Haul Syekh Jumadil Kubro ke 642 diperingati meriah di halaman kompleks Makam Troloyo, Trowulan, Mojokerto. Ratusan warga mencari berkah dari sesepuh Wali Songo itu dengan berebut 12 gunungan hasil bumi, kue pasar dan nasi.

Sebelum menjadi rebutan warga, 12 tumpeng itu dikirab dari Pendopo Agung Trowulan menuju ke Makam Troloyo di Desa Sentonorejo. Terdiri dari gunungan hasil bumi, jajan pasar dan nasi kuning, serta 9 tumpeng kecil nasi. Pasukan Majapahit dan tokoh Wali Songo mengiringi 12 tumpeng tersebut.

Tiba di halaman makam, prosesi memperingati hari wafatnya Syekh Jumadil Kubro ini diisi pembacaan Kaleluhuran, yakni silsilah sang ulama besar hingga ke era Wali Songo. Prosesi dilanjutkan dengan penyerahan bendera merah-putih dan pusaka kepada Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi.

Sementara acara yang paling dinanti ribuan pengunjung adalah berebut 12 tumpeng. Usai didoakan, ribuan pengunjung langsung menyerbu tumpeng-tumpeng tersebut.

Tak hanya kaum pria, ibu-ibu dan anak-anak juga ikut berjibaku. Dalam hitungan menit, belasan tumpeng itu habis diambil warga. Seperti yang dilakukan Kuswatin (60), pengunjung asal Desa Pakis, Trowulan, Mojokerto. Ibu lima anak ini berhasil mendapat nasi dan aneka buah dan sayur.

Gunungan hasil bumi haul Wali Songo/Gunungan hasil bumi haul Wali Songo/ Foto: Enggran Eko Budianto


"Tujuan saya mencari berkah dari Syekh Jumadil Kubro, supaya dapat berkahnya," katanya kepada wartawan di lokasi, Kamis (5/10/2017).

Kuswatin mengaku akan membagikan makanan yang dia peroleh dari rebutan kepada saudara dan kerabatnya. "Supaya saya dan keluarga saya sehat selalu," ujarnya.

Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi menuturkan, Syekh Jumadil Kubro merupakan sesepuh dari 9 Wali Songo. Menurut dia, ulama besar zaman Majapahit ini kakek dari Sunan Ampel atau Raden Rahmad. Oleh sebab itu, peristirahatan terakhirnya di kompleks Makam Troloyo tak pernah sepi dari peziarah.

"Dengan tradisi haul ini kami ingin meningkatka suasana ke-Islaman kita, yang ada di sini (Syekh Jumadil Kubro) mengingatkan kita asalnya dari mana," terangnya.

Sementara terkait rebutan tumpeng, tambah Pungkasiadi, sudah menjadi tradisi masyarakat setiap peringatan haul Syekh Jumadil Kubro. "Rebutan itu sudah menjadi adat, kalau kita mau membagikan satu per satu juga bingung," tandasnya. (fat/fat)
Berita Terkait