"Kita tidak tahu kaitan antara musibah penyakit dan kesurupan, dengan sumur. Tapi yang jelas saat itu banyak yang sakit dan kesurupan," kata Sulkan (52), salah seorang tokoh masyarakat Dusun Karang Malang, kepada detiksurabaya.com, Selasa (29/9/2009).
Sulkan menceritakan, tahun 2008 lalu, 2 perempuan berinisial TK (23) dan MJ (24), kesurupan di waktu yang hampir bersamaan. Saat kesurupan, keduanya merangkak dan menggeliat di tanah, mirip ikan lele yang tidak bisa hidup jika tidak ada air.
Atas saran tokoh masyarakat setempat, warga lalu menyiram kedua perempuan tadi dengan air sumur. "Anehnya tanah bekas siraman air sumur itu, dijilati dan ditelan. Setelah itu warga lalu membersihkan sumur," ujar Sulkan menambahkan.
Selain cerita 2 perempuan yang kesurupan, warga setempat juga pernah banyak yang sakit hingga mengomel. "Akhirnya warga menggelar doa bersama dan kenduri dengan ayam panggang di sumur itu," kata Kasno (39), seorang warga lainnya.
Meski demikian, oleh warga setempat, lokasi itu terlarang sebagai tempat pemujaan ala Hindu Jawa. Agar tidak syirik atau menyekutukan Tuhan, perangkat dusun itu mengharuskan warga bermunajat kepada Tuhan, melalui kenduri dan doa di sumur itu.
"Kalau tidak demikian, masyarakat akan syirik. Jadi tempatnya tetap di sumur, tapi diisi dengan kenduri, tahlil dan istighotsah," kata Sungkono (52), Takmir Masjid Al-Hidayah Dusun Karang Malang, kala diminta pendapat seputar ritual di sumur itu. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini